#MudaMudiBumi Melek
Pelestarian Hutan dan Perubahan Iklim

#MudaMudiBumi

Forest and Climate Change

#MudaMudiBumi Indonesia merupakan agen of change dalam melestarikan lingkungan dan perlindungan hutan. Seperti apa lingkupnya?

66%

Penjagaan Dari SDMnya

Mengatasi perubahan iklim membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat di berbagai tingkatan. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:

Masyarakat yang terpinggirkan memiliki pengetahuan lokal mengenai dampak perubahan iklim yang mungkin tidak tersedia bagi para pengamat. Memungkinkan partisipasi mereka dalam merumuskan masalah dan mengusulkan solusi sangatlah penting.

Kerja sama di antara berbagai pemangku kepentingan dapat meningkatkan modal sosial populasi yang rentan, sehingga mereka dapat secara efektif mengatasi dampak buruk perubahan iklim. Kerja sama ini dapat mengarah pada pengembangan dan penerapan solusi iklim di berbagai tingkatan, mulai dari individu dan rumah tangga hingga organisasi dan komunitas.

Masyarakat memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim dan pengurangan bencana. Upaya mereka, bersama dengan organisasi dan kemitraan multisektor, berkontribusi terhadap realisasi tujuan perubahan iklim.

Mengatasi perubahan iklim membutuhkan keterlibatan aktif orang-orang di berbagai tingkatan masyarakat. Berikut ini adalah peran kunci yang dimainkan oleh masyarakat dalam mengatasi perubahan iklim, yang didukung oleh abstrak yang relevan:

1. Advokasi dan aksi kolektif: Masyarakat memiliki kekuatan untuk mengadvokasi kebijakan mitigasi perubahan iklim dan terlibat dalam aksi kolektif untuk mendorong perubahan sistemik. Hal ini termasuk berpartisipasi dalam gerakan iklim, mendukung pemanfaatan energi terbarukan, dan mempromosikan efisiensi energi.

2. Pendekatan partisipatif: Partisipasi publik yang bermakna sangat penting untuk menginformasikan pengambilan keputusan yang baik tentang perubahan iklim. Pendekatan partisipatif dapat membantu mengatasi tantangan yang terkait dengan perubahan iklim dengan melibatkan para pemangku kepentingan dalam penilaian dampak.

3. Pengurangan jarak psikologis: Individu, masyarakat, dan pemerintah harus bekerja sama untuk mengurangi jarak psikologis dari perubahan iklim dan memprioritaskan masa depan planet ini. Hal ini melibatkan pengakuan akan konsekuensi jangka panjang dari perubahan iklim dan mengambil tindakan untuk mengurangi dampaknya.

Kesimpulannya, masyarakat memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim melalui advokasi, partisipasi, dan mengurangi jarak psikologis. Keterlibatan mereka sangat penting untuk mendorong perubahan sistemik dan mencapai solusi yang berkelanjutan. Hal ini juga menjadi pendorong keterlibatan masyarakat ternyata dapat mendorong kerja sama di antara para pemangku kepentingan, dan mengakui peran masyarakat dalam adaptasi dan mitigasi sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim.

Kalangan Milenial dan Generasi Z menilai penggundulan hutan penyumbang terbesar perubahan iklim. Itu berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia bersama dengan Yayasan Indonesia Cerah tentang persepsi pemilih pemula dan muda (Generasi Z dan Milenial) atas permasalahan krisis iklim di Indonesia. 

Dari hasil survei ini dapat disimpulkan sebagai berikut, 

  1. Penggundulan hutan mendapatkan skor tertinggi sebesar 1,278%
  2. Sektor industri ekonomi juga dinilai sebagai penyumbang terbesar yang berpengaruh terhadap perubahan iklim dengan skor 0,786%.
  3. Penggunaan plastik sekali pakai sehari-hari dan industri penebangan hutan/kayu dengan skor masing-masing sebsar 0,742% dan 0,652%.
  4. Kendaraan berbahan bakar solar/diesel dengan skor 0,408%
  5. Sektor ekonomi pertanian 0,385%
  6. Emisi atau gas buang dari kendaraan ukuran besar seperti truk dengan skor 0,372%
  7. Emisi atau gas buang dari mobil juga dinilai berpengaruh terhadap perubahan iklim dengan skor 0,319%.

Adapun, survei dilakukan pada 9-16 September 2021 dengan melibatkan 4.020 responden yang terdiri 3.216 responden usia 17-26 tahun (Generasi Z) dan 804 responden usia 27-35 tahun (Generasi Milenial) yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Penarikan sampel menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,7% pada tingkat kepercayaan 95%.

Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Hutan

Perubahan iklim memiliki dampak yang signifikan terhadap ekosistem hutan. Perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan produktivitas hutan dan mempengaruhi jasa ekosistem. Migrasi spesies terjadi ketika mereka beradaptasi dengan perubahan iklim di masa depan, dengan beberapa spesies memperluas habitat optimal mereka sementara yang lain mengurangi habitat mereka. Perubahan iklim juga mengakibatkan perubahan faktor iklim regional, yang dapat menyebabkan tergantikannya spesies asli oleh spesies eksotis dengan potensi persaingan yang lebih kuat.

Dampak-dampak ini terhadap ekosistem hutan dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan tingkat pertumbuhan pohon, dan gangguan seperti kebakaran hutan dan badai angin. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi distribusi dan perilaku spesies satwa liar, termasuk migrasi dan pemilihan habitat. Secara keseluruhan, perubahan iklim merupakan ancaman yang signifikan terhadap keanekaragaman hayati hutan dan fungsi ekosistem

Berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia, 69% masyarakat Indonesia pun setuju bahwa semua orang harus melakukan gerakan mengurangi dampak perubahan iklim. Tak hanya itu, 66% warga pun bersedia ditarik pajaknya untuk mengatasi krisis  iklim. Sebanyak 43% responden mengaku mau mengeluarkan uang sekitar Rp 0 – Rp 30 ribu untuk pajak mengatasi krisis iklim.

Sebanyak 12% responden rela ditarik pajak sekitar Rp 31 ribu – Rp 60 ribu untuk mengatasi krisis iklim. Kemudian, 6% responden rela ditarik pajak sekitar Rp 61 ribu – Rp 90 ribu.

Sebanyak 2% responden mau membayar pajak untuk mengatasi krisis iklim sebesar Rp 91 ribu – Rp 100 ribu. Persentase serupa terhadap responden yang rela membayar pajak untuk mengatasi krisis iklim sebesar Rp 121 ribu – Rp 150 ribu. Sementara, responden yang rela membayar pajak lebih dari Rp 240 ribu untuk mengatasi krisis iklim hanya 1%.

Meski demikian, masih ada 24% responden yang tidak bersedia membayar pajak tambahan. Sementara, 3% responden ingin uang pajaknya dikembalikan jika pemerintah menghabiskannya untuk mengatasi krisis iklim.

Adapun, Indikator melakukan survei dengan metode stratified multistage random sampling terhadap 3.020 responden berusia 17 hingga 35 tahun sejak 9-16 September 2021. Response rate dari survei ini sebesar 3.623 orang atau 90,1% dari total responden.

Sumber daya manusia memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim dengan mempromosikan keberlanjutan dan menerapkan strategi untuk mengurangi dampaknya. Berikut ini adalah poin-poin utamanya:

1. Perubahan iklim merupakan prioritas mendesak yang membutuhkan tindakan segera. Para profesional sumber daya manusia dapat berkontribusi dengan meningkatkan kesadaran dan mengadvokasi praktik-praktik berkelanjutan di dalam organisasi.

2. Pembangunan berkelanjutan sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim. Sumber daya manusia dapat mendukung hal ini dengan mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam proses rekrutmen, pelatihan, dan evaluasi kinerja. 

3. Mitigasi dan adaptasi merupakan pendekatan yang penting untuk mengatasi perubahan iklim. Sumber daya manusia dapat berkontribusi dengan mengembangkan dan menerapkan strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan ketahanan.

4. Transisi yang adil diperlukan untuk memastikan bahwa biaya dan peluang untuk mengatasi perubahan iklim didistribusikan secara adil. Sumber daya manusia dapat berperan dalam memfasilitasi transisi ini dengan mempromosikan praktik ketenagakerjaan yang adil dan mendukung pekerja dalam transisi ke pekerjaan ramah lingkungan.

Secara keseluruhan, sumber daya manusia memiliki peran penting dalam mendorong upaya organisasi dan masyarakat untuk mengatasi perubahan iklim melalui praktik berkelanjutan, strategi mitigasi, dan transisi yang adil

Peran Komunitas

Membicarakan Semangat Orang Muda dalam menjaga bumi Indonesia seperti merupakan bahasan yang sangat menarik. Dilihat dari berbagai macam sudut pandang dan dimensinya, menjaga kelestarian bumi Indonesia bisa dilakukan dari man saja dan dimana saja. Salah satunya lewat peran Orang Muda dan komunitas pada suatu daerah. Memang tidak melulu tentang hutan namun bisa dipastikan bahwa pelestarian lingkungan ini sangat berpengaruh pada pelestarian hutan dan alam Indonesia.

Pelestarian lingkungan tidak melulu dilakukan secara pragmatis membuat kampanye penjagaan hutan dan pengurangan limbah secara progressif. Pelestarian lingkungan bisa memanfaatkan berbagai macam sumber daya diantaranya Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri yang mana nantinya bisa berpotensi menjadi sebuah pelestarian yang berkelanjutan (sustainable).

Beberapa organisasi juga sangat berperan pada beberapa kemampuan komunitas terkecil suatu daerah, mereka membina dan memberdayakan komunitas pada suatu daerah. Bukan hanya organisasi, negara-negara lain pun juga memiliki kebijakan tersendiri untuk menjaga lingkungan mereka agar tetap sustain dan ramah terhadap iklim.

Inisiatif berbasis masyarakat memfasilitasi adopsi perubahan iklim melalui berbagai mekanisme dan pendekatan. Berikut adalah beberapa wawasan utama dari abstrak tersebut:

1. Inisiatif yang tidak disengaja dan tersembunyi: Penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat inisiatif yang tidak disengaja dan tersembunyi yang memberikan manfaat adaptasi yang implisit dan kurang dihargai. Inisiatif-inisiatif ini berkontribusi dalam membangun ketahanan iklim di dalam masyarakat.

2. Proyek dan program partisipatif: Keberhasilan program adaptasi perubahan iklim berbasis masyarakat bergantung pada kemauan, pemahaman, keterampilan, dan kapasitas lembaga pelaksana. Para pemangku kepentingan, termasuk pejabat pemerintah, teknokrat, manajer proyek, dan lembaga donor, memainkan peran penting dalam mengkonseptualisasikan dan mengidealkan partisipasi masyarakat.

3. Peningkatan kesadaran dan pembangunan pengetahuan: Keterlibatan publik yang efektif, termasuk meningkatkan kesadaran dan membangun pengetahuan tentang risiko perubahan iklim dan pilihan adaptasi, sangat penting untuk keberhasilan adaptasi berbasis masyarakat. Keterlibatan publik dapat digunakan sebagai instrumen kebijakan untuk mendorong dan memotivasi masyarakat.

Kesimpulannya, inisiatif berbasis masyarakat memfasilitasi adopsi perubahan iklim melalui inisiatif yang tidak disengaja dan tersembunyi, pendekatan partisipatif, dan upaya peningkatan kesadaran. Inisiatif-inisiatif ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan bertujuan untuk membangun ketahanan iklim di dalam masyarakat.

Belajar dari ahlinya

Menjadi agen perubahan mestinya memiliki andil dalam pelestarian lingkungan salah satunya adalah menginisiasi gerakan ramah lingkungan dengan menerapkannya langsung melalui beberap kegiatan kampanye bahkan pemberdayaan. Namun yang jadi persoalan adalah bagaimana peran komunitas sangat berpengaruh pada pelestarian lingkungan sekitar.

Inisiatif berbasis masyarakat dapat mendukung transisi ke sumber energi terbarukan dalam beberapa cara, sebagaimana dibuktikan oleh abstrak. Berikut adalah poin-poin utamanya:

1. Rencana aksi lokal/ Local action plans: Banyak komunitas telah membuat janji publik untuk mencapai transisi energi terbarukan 100%, tetapi ada kesenjangan yang signifikan dalam rencana mereka. Hanya 40% komunitas yang memiliki rencana aksi yang dapat dilihat oleh publik untuk tujuan transisi mereka. Mengembangkan rencana aksi yang komprehensif dan terdefinisi dengan baik dapat memberikan peta jalan untuk inisiatif berbasis masyarakat.

2. Komunitas energi/Energy communities: Menciptakan komunitas energi yang membutuhkan keterlibatan aktif dari perspektif bottom-up dapat memfasilitasi transisi ke energi terbarukan. Komunitas-komunitas ini bergantung pada kebijakan lokal, kesiapan masyarakat, dan ketersediaan teknologi. Komunitas ini dapat menyediakan platform bagi warga untuk berpartisipasi aktif dalam transisi energi.

3. Inovasi sosial dan proses partisipatif/Social innovation and participatory processes: Inovasi sosial dan inisiatif dari bawah ke atas memiliki peran penting dalam transisi energi lokal. Mereka dapat memfasilitasi akses energi, produksi bersama, demokrasi energi, dan proses partisipatif, serta membawa pembangunan sosial-ekonomi regional dan membangun kapasitas masyarakat. Memberdayakan masyarakat lokal dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan dapat mendorong pengembangan proyek dan meningkatkan keterlibatan masyarakat. 

Kesimpulannya, inisiatif berbasis masyarakat dapat mendukung transisi menuju sumber energi terbarukan dengan mengembangkan rencana aksi, menciptakan komunitas energi, dan mempromosikan inovasi sosial dan proses partisipatif.

Belajar Dari Praktisi Langsung

Sebagai agen pembaruan dan agen perubahan, sejatinya Orang Muda Indonesia memiliki kemampuan yang sangat baik dalam hal melestarikan lingkungan. Dukungan penuh Orang Muda Indonesia tentu tidak bisa dianggap remeh, apapun yang muncul dari Orang Muda Indonesia akan menjadi sesuatu inovasi yang sangat bermanfaat baik bagi lingkungan terkecil maupun diri sendiri. 

TREND ASIA

Trend Asia sendiri sebenarnya merupakan brand transformasi dengan kepanjangan Transformation of Energy and Sustainable Development in Asia. Trend Asia memiliki fokus pada pemanfaatan energi pada hasil hutan berupa Bioenergi yang mana memiliki arti bentuk energi yang dihasilkan dari konversi bahan organik menjadi panas, listrik, biogas dan bahan bakar cair. Sumber bahan organik untuk menghasilkan Bioenergi dapat berasal dari bahan baku seperti pohon, hasil pertanian tanaman, sisa tanaman, bagian hewan, dan banyak bahan organik lainnya. 

SKELAS

Skelas (Sentra Kreatif Lestari Siak) merupakan pusat inovasi yang diinisiasi oleh kaum muda Kabupaten Siak untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lewat solusi kreatif yang berbasis Ekonomi Lestari serta Pelestarian Budaya Lokal #SiakAsik. SKELAS memberikan wadah bagi orang muda untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi mereka secara kreatif. Mendorong ekonomi kreatif lestari di Kabupaten Siak. SKELAS bertindak sebagai wadah kolaborasi antara komunitas dan pemerintah. SKELAS berupaya untuk mendukung visi Siak Hijau, yang mengutamakan keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.

eathink

Trend Asia memiliki fokus pada pemanfaatan energi pada hasil hutan berupa Bioenergi yang mana memiliki arti bentuk energi yang dihasilkan dari konversi bahan organik menjadi panas, listrik, biogas dan bahan bakar cair. Sumber bahan organik untuk menghasilkan Bioenergi dapat berasal dari bahan baku seperti pohon, hasil pertanian tanaman, sisa tanaman, bagian hewan, dan banyak bahan organik lainnya. Organisasi ini mengingatkan kita bahwa ketika kita EAT pun harus tetap THINK

Sustainable Food

Pangan berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim merupakan masalah mendesak yang membutuhkan perhatian. Perubahan iklim berdampak pada sistem pangan melalui kejadian-kejadian ekstrem, yang dapat menantang produksi, penyimpanan, dan pengangkutan pangan, yang berpotensi memengaruhi akses terhadap pola makan sehat.

Sistem pangan itu sendiri juga berkontribusi terhadap perubahan iklim melalui dampak lingkungan, seperti deforestasi dan hilangnya keanekaragaman hayati.1
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan:

1. Climate action in food systems: Sistem pangan dapat memainkan peran penting dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Terdapat praktik, teknologi, dan pengetahuan yang sudah ada yang dapat diterapkan untuk mencapai aksi iklim dalam sistem pangan, yang bersinergi dengan tujuan penting lainnya seperti konservasi keanekaragaman hayati dan mengurangi ketidaksetaraan

2. Transformations for resilience: Transformasi sistem pangan global sangat penting untuk ketahanan terhadap perubahan iklim. Studi kasus dari berbagai konteks menyoroti perlunya transformasi yang berfokus pada gizi yang menangani ketahanan pangan, kedaulatan pangan, dan kesehatan penduduk, sambil mengintegrasikan refleksi dari pandemi COVID-19

3. Mitigation through dietary shifts: Pergeseran pola makan di tingkat populasi menuju pola makan yang berkelanjutan dan sehat diidentifikasi sebagai solusi mitigasi yang penting untuk perubahan iklim. Peneliti dan praktisi gizi kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam memfasilitasi perubahan perilaku pola makan dan meningkatkan kesehatan manusia dan planet bumi.

Secara keseluruhan, menangani pangan berkelanjutan dalam konteks perubahan iklim membutuhkan pendekatan multi-segi yang mempertimbangkan aksi iklim dalam sistem pangan, transformasi untuk ketahanan, dan pergeseran pola makan menuju pola makan yang berkelanjutan dan sehat

Produksi Pangan Terhadap Perubahan Iklim

produksi pangan berkelanjutan sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim dan memastikan ketahanan pangan. Menerapkan praktik pertanian cerdas-iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari pertanian dapat membantu memitigasi dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan

Produksi pangan berkelanjutan memiliki dampak yang signifikan terhadap perubahan iklim. Berikut beberapa poin-poin penting yang perlu dipertimbangkan seperti perubahan iklim memengaruhi produktivitas pertanian dan ketahanan pangan, yang menyebabkan penurunan hasil panen dan perubahan kualitas gizi. Perubahan iklim dapat menyebabkan ketidaksesuaian fenologi antara konsumen dan sumber daya mereka, yang berdampak pada ketersediaan pangan dan nutrisi.

Untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan, praktik pertanian berkelanjutan yang cerdas iklim dan teknologi yang lebih baik diperlukan. Pertanian sendiri berkontribusi terhadap perubahan iklim melalui emisi gas rumah kaca, seperti dinitrogen oksida dari pupuk. Pada kasus deforestasi, panas yang berlebihan, dan peningkatan kadar karbon dioksida berkontribusi pada berkurangnya kesuburan tanah, meningkatnya serangan hama dan penyakit, dan pembusukan hasil panen. 

Produksi dan konsumsi pangan berkelanjutan dapat membantu mitigasi perubahan iklim dengan beberapa cara, sebagaimana didukung oleh abstrak. Berikut adalah poin-poin utamanya:

1. Mengurangi emisi gas rumah kaca: Praktik pertanian berkelanjutan dan teknologi yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus meminimalkan emisi. Hal ini termasuk mengurangi penggunaan pupuk berbasis nitrogen, yang melepaskan nitrous oxide, gas rumah kaca yang kuat. Dengan mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan yang cerdas iklim, kita dapat mengurangi kontribusi pertanian terhadap perubahan iklim.

Meminimalkan limbah makanan: Seluruh sistem pangan, termasuk produksi, pengolahan, transportasi, dan konsumsi, berkontribusi terhadap perubahan iklim. Dengan mengurangi pemborosan dan kehilangan pangan, kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang terkait. Produksi dan konsumsi pangan berkelanjutan dapat membantu memitigasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi, meminimalkan limbah pangan, dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

Belajar Memelihara Hutan Untuk Perubahan Iklim Dari Negara Lain

Untuk mengatasi perubahan iklim, langkah-langkah seperti mengurangi emisi gas rumah kaca, mempromosikan energi terbarukan, mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, menghijaukan transportasi, dan mengambil tindakan untuk melindungi ekosistem alam sangat penting. Banyak negara dan organisasi telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka dalam upaya untuk memperlambat perubahan iklim.

Strategi perlindungan hutan di Swedia telah dieksplorasi dalam beberapa penelitian. Salah satu studi berfokus pada Dataran Tinggi Loess di Swedia dan membandingkan fungsi konservasi tanah dan air dari hutan yang ditanami dan hutan sekunder alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan sekunder alami mengungguli hutan tanaman dalam hal fungsi konservasi air dengan secara efektif mengubah lebih banyak curah hujan menjadi kelembaban tanah dan mengurangi limpasan air.

Studi lain menekankan pentingnya pendekatan lanskap terpadu untuk konservasi dan restorasi lanskap hutan di Swedia. Pendekatan ini bertujuan untuk mencapai multifungsi dan pandangan holistik terhadap bentang alam hutan, dengan mempertimbangkan perannya dalam pembangunan berkelanjutan. Selain itu, sebuah studi di Swedia bagian utara membuat empat skenario pengelolaan hutan untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari berbagai pendekatan pengelolaan yang berbeda. Skenario-skenario tersebut dievaluasi berdasarkan dampaknya terhadap jasa ekosistem seperti mitigasi perubahan iklim, konservasi keanekaragaman hayati, dan mata pencaharian masyarakat setempat.

Secara keseluruhan, studi ini menyoroti perlunya praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan di Swedia untuk melindungi keanekaragaman hayati, jasa ekosistem, dan mendukung masyarakat lokal

Swedia telah mengadopsi kebijakan progresif dalam hal energi terbarukan, transportasi berkelanjutan, dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Mereka juga memiliki target ambisius untuk menjadi bebas emisi karbon pada tahun 2045.

Swedia telah mengambil berbagai langkah untuk pemeliharaan iklim yang mencakup berbagai aspek kebijakan dan praktik berkelanjutan.

Selain langkah-langkah konkret di atas, Swedia juga memiliki budaya yang sadar lingkungan, dan kesadaran masyarakat tentang isu-isu lingkungan sangat tinggi. Semua inisiatif ini adalah bagian dari upaya Swedia untuk memerangi perubahan iklim, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mencapai transisi menuju masyarakat yang lebih berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan.

Norwegia telah menerapkan berbagai langkah untuk perlindungan hutan. Berikut adalah beberapa poin penting:

  1. Norwegia memiliki sejarah panjang dalam pengelolaan hutan dan telah membentuk Inventarisasi Hutan Nasional (National Forest Inventory/NFI) untuk memantau dan mengambil keputusan kebijakan yang tepat terkait sumber daya hutan. NFI menyediakan data yang sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan pada berbagai skala.
  2. Praktik-praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan, seperti perlindungan terhadap kebakaran, pengendalian hama dan penyakit, serta teknik konservasi tanah dan air, diadopsi untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan hutan
  3. Norwegia mengakui pentingnya pengetahuan dan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan hutan dan menekankan penyertaan pengetahuan masyarakat adat dalam pendekatan-pendekatan di masa depan.

Norwegia telah mengambil banyak langkah-langkah penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim, serta mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Namun, mereka juga memiliki tantangan, terutama terkait dengan ekonomi berbasis minyak dan gas mereka, yang menunjukkan bahwa transisi ke ekonomi berkelanjutan dapat memerlukan waktu. Meskipun begitu, Norwegia tetap menjadi contoh untuk banyak negara dalam hal pemeliharaan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

Sebagai kesimpulan, Norwegia telah menerapkan langkah-langkah seperti NFI dan praktik-praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan untuk melindungi hutannya dan memastikan keterlibatan masyarakat adat dalam pengelolaan hutan.

Norwegia telah menginvestasikan pendapatan dari sektor minyak dan gas mereka ke dalam dana pensiun berkelanjutan dan proyek-proyek energi terbarukan. Mereka juga memiliki salah satu pangsa mobil listrik tertinggi di dunia.

Norwegia adalah salah satu negara yang telah mengambil langkah-langkah signifikan dalam pemeliharaan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

Denmark telah menerapkan kebijakan perlindungan hutan dalam kerangka kebijakan lingkungan Uni Eropa.1
Strategi hutan Uni Eropa tahun 2030 berfokus pada topik-topik pengelolaan hutan seperti bioekonomi, perubahan iklim, dan pelestarian keanekaragaman hayati. Namun, promosi bioekonomi berbasis sumber daya terbarukan di negara-negara Eropa, termasuk Denmark, berpotensi menimbulkan konflik dengan jasa ekosistem lain yang disediakan oleh hutan. Ekosistem hutan di Denmark dan Eropa tunduk pada gangguan dan perubahan iklim, yang membutuhkan strategi pengelolaan hutan yang efektif untuk memastikan perlindungan lingkungan dan mencapai target iklim dan energi.
Kesepakatan Hijau Eropa bertujuan untuk menggunakan penyerap karbon hutan untuk mencapai emisi gas rumah kaca nol pada tahun 2050.
Penting untuk mempertimbangkan implikasi strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem hutan ketika membuat keputusan pengelolaan hutan.
Secara keseluruhan, upaya perlindungan hutan Denmark selaras dengan kebijakan Uni Eropa dan bertujuan untuk menyeimbangkan tuntutan bioekonomi dengan pelestarian jasa ekosistem.

Denmark telah menjadi pemimpin dalam energi angin laut dan energi terbarukan lainnya. Mereka juga berkomitmen untuk mencapai energi bersih 100% pada tahun 2050

Denmark telah mengambil berbagai tindakan untuk mempromosikan pemeliharaan iklim dan berkelanjutan, termasuk upaya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan penggunaan energi terbarukan, dan mendorong transportasi berkelanjutan.

Denmark telah menunjukkan kesadaran tinggi tentang perubahan iklim dan memiliki komitmen kuat untuk mencapai masyarakat berkelanjutan yang ramah lingkungan. Negara ini telah sukses dalam mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam sistem energi mereka dan mempromosikan transportasi berkelanjutan serta efisiensi energi. Upaya ini menjadikan Denmark sebagai salah satu contoh terbaik dalam hal pemeliharaan iklim dan berkelanjutan.

Islandia telah berhasil menggunakan energi geotermal dan hidroelektrik untuk memasok hampir 100% listrik mereka dari sumber energi bersih. Mereka telah menjadi contoh untuk penggunaan energi terbarukan.

Islandia adalah negara yang memiliki berbagai upaya dan inisiatif dalam pemeliharaan iklim dan energi bersih.

Islandia memiliki sumber daya alam yang unik dan berlimpah yang memungkinkan mereka untuk menjadi salah satu pemimpin dalam energi terbarukan dan pemeliharaan iklim. Mereka telah menunjukkan komitmen tinggi terhadap energi bersih, transportasi berkelanjutan, dan pelestarian alam yang menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam usaha pemeliharaan iklim.

Islandia telah menerapkan langkah-langkah perlindungan hutan untuk melestarikan sumber daya alamnya dengan beberapa cara, sebagaimana dibuktikan oleh abstrak yang relevan:

1. Pembentukan Kawasan Lindung (Kawasan Lindung: Islandia telah menetapkan kawasan lindung untuk konservasi keanekaragaman hayati, yang memainkan peran penting dalam melestarikan sumber daya alam. Kawasan-kawasan ini dipilih berdasarkan perubahan penggunaan lahan dan analisis petak hutan, untuk memastikan konservasi keanekaragaman hayati.

2. Pengakuan atas Tanah Adat: Islandia mengakui pentingnya tanah adat dalam konservasi hutan. Tanah adat sering kali mengurangi deforestasi, degradasi, dan emisi karbon dibandingkan dengan kawasan yang tidak dilindungi. Tumpang tindih antara kawasan lindung dan tanah adat berkontribusi pada hutan berintegritas tinggi.

3. Kombinasi Tindakan Tata Kelola: Islandia telah menerapkan bauran tata kelola yang terdiri dari insentif ekonomi, inisiatif yang digerakkan oleh masyarakat sipil, dan sumber energi alternatif untuk mendorong pemanfaatan hutan secara berkelanjutan. Pendekatan ini telah mengarah pada reforestasi di beberapa wilayah dan mengurangi deforestasi di wilayah lain.

Sebagai kesimpulan, Islandia telah menerapkan langkah-langkah perlindungan hutan melalui pembentukan kawasan lindung, pengakuan tanah adat, dan kombinasi langkah-langkah tata kelola. Upaya-upaya ini bertujuan untuk melestarikan sumber daya alam dan mendorong pemanfaatan hutan secara berkelanjutan.

Jerman telah mengambil langkah-langkah besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan energi terbarukan. Mereka juga berencana untuk keluar dari energi nuklir.

Jerman memiliki ketergantungan yang signifikan terhadap kayu impor dan mengkonsumsi kayu dari negara-negara yang mungkin mengeksploitasi sumber daya mereka secara berlebihan. Tekanan terhadap hutan global semakin meningkat karena meningkatnya permintaan dan kerusakan yang berkaitan dengan iklim. Untuk mengatasi hal ini, Jerman perlu mengevaluasi jejak konsumsi kayunya dan memastikan keberlanjutan. Negara ini telah menetapkan target untuk menyisihkan 5% tutupan hutan untuk pembangunan alami, yang telah menghadapi kritik dari para pelobi kehutanan dan industri.

Namun demikian, penerapan target ini tidak akan menyebabkan kekurangan kayu atau mengancam persediaan hutan negara. Hutan di Jerman menyediakan berbagai jasa ekosistem, namun banyak dari jasa tersebut yang saat ini belum dipasarkan.

Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mendukung kesehatan hutan dan meningkatkan pemantauan kerusakan hutan. Secara keseluruhan, Jerman perlu menyeimbangkan konsumsi kayu dengan perlindungan hutan untuk menjamin keberlanjutan dan melestarikan keanekaragaman hayati

Jerman telah menjadi contoh bagi banyak negara dalam hal pemeliharaan iklim dan transisi ke energi bersih. Meskipun masih ada tantangan dan perubahan yang diperlukan, Jerman telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pengurangan emisi karbon dan berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan.

Kanada telah membuat kemajuan yang signifikan dalam perlindungan hutan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Menurut Kriteria dan Indikator Proses Montréal, Kanada telah menunjukkan kinerja yang baik dalam parameter-parameter utama seperti penetapan kawasan hutan untuk berbagai penggunaan dan perlindungan konservasi tanah dan air. Klasifikasi hutan Kanada berdasarkan kepemilikan, status perlindungan, dan kepemilikan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai rezim pengelolaan hutan di negara tersebut. Namun, implementasi reformasi kebijakan hutan di British Columbia bertepatan dengan wabah kumbang pinus gunung, yang mengarah pada konflik sosial dan politik di wilayah yang terkena dampak kumbang. Bioma Hutan Boreal Kanada menyimpan karbon dalam jumlah yang cukup besar, dan penetapan konservasi dapat membantu melestarikan keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon. Berbagai upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan perlindungan alam di Ontario dengan mengidentifikasi dan menilai area tanpa jalan yang tidak terlindungi. Pemerintah Kanada, melalui lembaga-lembaga seperti Badan Inspeksi Makanan Kanada, memiliki kerangka kerja peraturan untuk keamanan hayati hutan.

Secara keseluruhan, Kanada secara aktif bekerja menuju perlindungan hutan dan pengelolaan berkelanjutan, tetapi masih ada tantangan dalam menghadapi perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Kanada memiliki luasnya hutan yang luas dan beragam serta komitmen untuk menjaga hutan mereka. Mereka juga telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi emisi karbon melalui penggunaan energi terbarukan.

Kanada memiliki sejumlah tantangan dan upaya dalam pemeliharaan iklim yang mencakup lingkup yang luas karena negara ini memiliki geografis yang sangat beragam dan luas

Kanada memiliki tantangan unik karena perbedaan geografis dan ekonomi yang signifikan di antara provinsi-provinsinya. Namun, negara ini terus berupaya untuk mencapai target pemeliharaan iklimnya dan mempromosikan energi bersih, konservasi, dan inovasi teknologi sebagai bagian dari upayanya untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Note

Perlindungan hutan sangat penting untuk mencapai keberlanjutan. Berikut ini adalah wawasan utama dari abstrak tersebut:

1. Konsep pengelolaan hutan lestari mengakui perlunya menyeimbangkan fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial ekonomi hutan. Namun, tuntutan baru terhadap hutan, seperti perubahan iklim dan konservasi keanekaragaman hayati, membutuhkan instrumen kebijakan yang menerjemahkan tuntutan masyarakat ke dalam peraturan yang mengikat secara hukum.

2. Kemajuan global dalam pengelolaan hutan lestari tidak merata, dimana negara-negara tropis berpendapatan rendah mengalami percepatan kehilangan hutan. Pengalokasian proporsi yang lebih tinggi dari kawasan hutan untuk konservasi tidak menghasilkan perlindungan dan pengelolaan yang lebih baik. Sebaliknya, konservasi melalui pemanfaatan berkelanjutan dan hutan produksi yang dikelola dengan baik dapat mempertahankan tutupan hutan dan jasa ekosistem.

3. Perlindungan hukum terhadap hutan di bawah model keberlanjutan sangat penting untuk melestarikan nilai ekologisnya sekaligus mengeksploitasinya sebagai sumber daya ekonomi. Hukum internasional telah mengakui pentingnya melindungi hutan dan menemukan mekanisme untuk menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan budaya.

Kesimpulannya, pengelolaan hutan lestari membutuhkan penanganan tuntutan masyarakat, melestarikan hutan melalui pemanfaatan yang berkelanjutan, dan memastikan perlindungan hukum untuk menyeimbangkan nilai ekonomi dan ekologi.

Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia yuk #Bersamabergerakberdaya!!

Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan! Jika bukan kita maka siapa lagi? Ingat, satu pohon sama dengan satu nyawa anak cucu kita di bumi. Siap menghadapi tantangan #BersamaBergerakBerdaya untuk tetap menjaga keseimbangan, kelestarian dan kedamaian alam Indonesia ini? 

Leave a Reply

© 2023 Build by Mbak Liya with Pride and Tea. All Rights Reserved.