Ini adalah cerita tentang dunia pada dimensi yang membuat semua orang beralih pandangan dan mencoba mengikuti akal rasional. Memang perkembangan jaman tidak pernah ada yang tahu kemana arah kelananya. Namun yang pasti semua akan merasakan juga.
Saat pandangan sudah tidak menyipit lagi tentang secepat apa semua kabar dan perjalanan melintas. Bahkan, untuk perkara mesin waktu agaknya mulai bisa diprediksi bagaimana kedatangan dan cara mengundang Gatenya yang masih abu-abu.
Emilia, perempuan berhijab yang akhir-akhir ini memiliki cita-cita ingin hidup cardless dan lebih ringkas. Termasuk perkara menata keuangan dan pembayaran. Semua hal yang dia lakukan tak luput dari benda yang digadang-gadang sebagai jembatan peradaban digital, smartphone. Makhlum, karena era disrupsi ini sudah mewabah bahkan sampai pada tahap terdasar sekalipun membuatnya merasa wajib dan terpaksa mengikuti jaman.
Matanya mengerjap-ngerjap halus mencari celah bagaimana dunainya kini serba cepat dan kilat. Beberapa hari lalu ponselnya berdering keras “Aku butuh beberapa barang untuk seserahan pernikahanku, segera belikan. Rinciannya sudah kukirim by email.” ucap suara diseberang telfonnya. Ya, Emilia adalah seorang personal shopper.
Spesialisasi dia hanya pada fashion dan mode untuk acara-acara besar. Dia paham betul bagaimana style dan mode terkait Mix and Match Fashion. Bagaimana seorang Personal Shopper harus bisa membuat style yang baik sesuai permintaan klien dengan beberapa tantangan seperti terbatasnya waktu bahkan dana dari klien. Namun, bagi dia pekerjaan semacam ini sangat menyenangkan. Semua itu terkendali berkat akses dunia digital.
Tentu hal ini ia manfaatkan sebagai jembatan menjadi Personal Shopper Profesional nantinya. Demi kelancaran pekerjaan semua ia lakukan mulai dari membuat beberapa akun digital, pendanaan digital, pelaporan secara digital dan lainnya. Semua lengkap ia kerjakan. Tak hanya itu, menjadi Personal Shopper mengantarkannya keliling hampir setengah dunia. “My Life in Wonderfull!” gumamnya sesekali setiap melintasi beberapa toko saat sedang berbelanja kebutuhan kliennya.
Pernah suatu kali dia tersenyum sendiri mengingat momen transaksi pada sebuah merchant Mie Tarik di Kuala Lumpur. Ditengah-tengah membeli barang pengganti klien, Emilia tergoda mencoba Mie Tarik tanpa tau bahwa dompetnya tertinggal di kamar hotel. Shop keepernya pun kerkata “Lebih baik tertinggal dompet daripada tertinggal handphone ya?” sambil menyodorkan QRCode saat melakukan transaksi.
Hidupnya berubah sejak mengenal QRIS sebagai pembayaran digital. Standar QRIS Cross-border memungkinkan pemrosesan pembayaran yang efisien dan terstandarisasi antara pengguna di dalam dan di luar negeri. Hal ini mempermudah transaksi lintas batas dan memungkinkan bisnis dan konsumen untuk melakukan pembayaran internasional dengan lebih mudah.
QRIS memiliki beberapa manfaat, termasuk kemudahan dalam melakukan pembayaran, mengurangi risiko kesalahan input data, dan meningkatkan efisiensi dalam transaksi keuangan. Dengan menggunakan QRIS, pelanggan dapat melakukan pembayaran dengan cara memindai kode QR yang disediakan oleh pedagang atau penyedia jasa. Selain itu, QRIS juga dapat digunakan untuk berbagai jenis transaksi, termasuk pembayaran tagihan, transfer uang, dan lainnya.
Sebagai Personal Shopper tentu QRIS sangat memudahkan setiap lini pekerjaan mereka, terutama pada pembiayaan dan transaksi beberapa merchant. Selangkah lebih maju, Indonesia memiliki QRIS yang distandarkan sebagai sistem pembayaran hingga ranah internasional. Penggunaan QRIS tentu memiliki kelebihan tersendiri, contohnya QRIS sudah bisa digunakan sampai luar Indonesia dengan batasan negara-negara ASEAN. Sebut saja sepeprti Malaysia, Thailand dan Singapura sudah mengadopsi pembayaran QRIS ini. Benar adanya, QRIS merupakan sistem pembayaran paling reliable untuk saat ini pada era disrupsi. Tak heran jika program BI ini memiliki andil cukup besar bagi perkembangan ekonomi di Indonesia pada ranah Internasional.
Namanya Aldi, seorang bendahara UMKM sektor kuliner disebuah kota wisata. Pekerjaan ini menuntutnya menjadi lebih aktif terlebih pada jabatan pendanaan dan finansial. Bukan perkara biasa, Aldi bahkan dituntut setiap saat memantau transaksi UMKM yang dia pegang. Demi menghemat waktu ia berikhtiar membuat metode transaksi efektif untuk kemajuan UMKM yang dia pegang salah satunya dengan memaksimalkan QRIS.
QRIS sendiri sangat bermanfaat bagi perkembangan transaksi non tunai. Pada jaman disrupsi ini tentunya, banyak wisatawan yang kerapkali lebih memilih pebayaran Non-tunai saat berlibur dengan berbagai macam alasan. Tentu hal ini disambut baik oleh banyak wisatawan, “Kau penyelamatku disaat tidak memiliki banyak cash di dompet!”
Disatu sisi, Aldi terbantu dalam membuat laporan keuangan. Semua laporan bisa dengan mudah terkumpulkan tanpa perlu bolak balik memeriksa resi cetak. Semua sudah bisa dia atur pada mutasi rekening yang masuk, “semuanya mudah tanpa diduga!”
Ini adalah pengalaman pertama Aldi menjadi bendahara UMKM milik orang tuanya. Bisnis ini sudah berjalan 5 tahun lamanya. Pembayaran menggunakan QRIS ini tentu sangat bermanfaat bagi bisnis mereka, terutama saat Pandemi Covid-19 lalu yang menuntutnya harus selalu touchless dengan para pelanggan.
Meski berjalan sangat lancar terutama saat pandemi pernah suatu ketika Pak Rudi, bapak Aldi skeptis tentang pembayaran dengan menggunakan metode QRIS ini. Karena bagi beliau pembayaran yang digunakan rawan transaksi boodng. Sebut saja sejak merebaknya kasus seorang pegawai yang memalsukan kode QRIS milik tempat bekerjanya pak Rudi semakin takut dan ragu dengan QRIS.
Menurut data Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), pada Januari 2020 volume transaksi QRIS secara nasional baru mencapai 5 juta kali dengan nilai total transaksi Rp365 miliar. Kemudian di bulan-bulan berikutnya tren penggunaan QRIS terus meningkat, hingga pada Agustus 2022 terdapat 91,7 juta kali transaksi QRIS dengan nilai total Rp9,66 triliun. Saat ini Bank Indonesia juga tengah berupaya memperluas aplikasi QRIS supaya bisa menjadi alat pembayaran sah di negara-negara tetangga.
Pada Mei 2022 lima gubernur bank sentral Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina berkomitmen untuk menyambungkan sistem pembayaran. Lima negara tersebut bisa melakukan digitalisasi sistem pembayaran QRIS cross-border, fast payment dengan pembayaran mata uang lokal yang sekaligus mendukung pariwisata, mendukung UMKM, dan juga mendukung ekonomi keuangan digital secara nasional. Setidaknya untuk saat ini sudah ada sekitar 20 juta merchant QRIS di seluruh Indonesia. Sebanyak 90% di antaranya merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Apa yakin itu uangnya masuk ke rekening kita?"
-- Pak Rudi
Matanya terbelalak, mulutnya melongo. “Segini pendapatan kita bulan ini?” baginya pendapatn bulan ini meningkat tajam dan sangat signifikan dibanding bulan-bulan sebelumnya. Hidungnya kembang kempis melihat betapa cita-citanya memiliki pendapatan yang setara dengan mimpinya kini telah tercapai.
“Terima kasih, Good Job Al!” Sahutnya sambil menahan haru kepada sosok laki-laki didepannya.
Pak Rudi pun akhirnya tau betapa berpengaruhnya QRIS sebagai alat transaksi di era disrupsi ini. pandangannya masih terlalu kabur sebelum Aldi bersikukuh mengutarakan program transaksi yang lebih efisien ini. Sampai akhirnya semua pemasukan berkali lipat pada bulan ketiga pemakaian QRIS.
Pada bulan-bulan pertama pemakaian QRIS Pak Rudi sudah was-was jika transaksi ini mengalami kegagalan. Belum lagi masih hangat berita kasus pemalsuan QRCode oleh seorang karyawan sebuah kedai makanan. Namun, kekhawatiran dan prasangkanya terbalik setelah melihat semua pembukuan dan laporan Aldi pada pak Rudi.
QRIS merupakan salah satu upaya untuk mendorong adopsi pembayaran digital di Indonesia dan telah menjadi bagian penting dalam perkembangan ekonomi digital. QRIS membantu dalam mengintegrasikan berbagai sistem pembayaran elektronik dan memungkinkan pelanggan dan pedagang untuk bertransaksi dengan lebih mudah dan efisien.
Adopsi pembayaran kode QR oleh pedagang di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini termasuk keuntungan relatif dari penggunaan QRIS, yang menyediakan transaksi yang cepat dan aman, yang secara positif mempengaruhi UMKM untuk menggunakan teknologi ini. Kompatibilitas QRIS dengan bisnis juga memiliki pengaruh positif terhadap niat untuk menggunakannya, karena memenuhi kebutuhan bisnis akan transaksi yang cepat, aman, konsisten, dan mudah digunakan.
Tujuan dari QRIS adalah untuk menyederhanakan proses transaksi bagi para UMKM. Alih-alih menampilkan beberapa kode QR dari penyedia yang berbeda, peritel hanya perlu menampilkan satu kode QR yang dapat diakses oleh penyedia yang memenuhi syarat. Hal ini tidak hanya memudahkan UMKM untuk mencatat transaksi mereka, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan penjualan, serta memperpendek antrian.
karena semua pembayaran menggunakan akun e-money maka otomatis tidak perlu mengeluarkan uang untuk setiap transaksi.
Selain itu manfaat QRIS ada pada berkurangnya penggunaan kartu, semua akun bisa disimpan hanya dalam satu smartphone saja.
QRIS sangat bermanfaat untuk kegiatan pembukuan dan pelaporan bulanan. Hal ini juga bisa berarti semua data bisa disimpan secaar digital
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), sepanjang bulan Agustus 2023 nilai transaksi belanja menggunakan uang elektronik atau e-money secara nasional mencapai Rp38,5 triliun.
Tercatat pada Agustus 2023 di Indonesia ada sekitar 777,3 juta unit kartu atau instrumen e-money, sedangkan pada Agustus 2022 jumlahnya mencapai 892,6 juta unit. Artinya, dalam setahun terakhir jumlah kartu atau instrumen e-money sudah berkurang sekitar 115,3 juta unit atau menyusut 13% (year-on-year). Mengacu pada Peraturan BI Nomor 11/12/PBI/2009, yang dimaksud dengan uang elektronik atau e-money adalah seluruh alat pembayaran yang memenuhi unsur berikut: