#BersamaBergerakBerdaya
Melestarikan Hutan Indonesia

#BersamaBergerakBerdaya
#UntukmuBumiku

Hutan
Indonesia

Selain Paru-Paru Dunia, kondisi alam Indonesia yang terdiri dari jalur pegunungan dan hamparan dataran tinggi yang menakjubkan ini menjadikan Indonesia sebagai Heaven of Earth.

66%

Wonderland Indonesia : Heaven of earth

Berkat pemandangan menakjubkan berupa pantai, hutan, pegunungan, sungai dan lainnya, Indonesia pun mampu memukau dunia Indonesia patut dinobatkan sebagai Heaven of Earth. Sebagian besar perjalanan yang ada di Indonesia melintasi jalur pegunungan dan hamparan dataran tinggi inilah yang membuat Indonesia menjadi lirikan negara lain.

Patutlah bangga kita bangsa Indonesia dianugerasi sebagai Heaven of Earth oleh kacamata dunia. Bukan tanpa alasan, mengingat bergelimangnya kekayaan alam ini menjadikan kita milyader Sumber Daya Alam. Indonesia Memang Beda, Indonesia Kaya Raya!!

Seperti yang kita ketahui Indonesia memang sangat indah dan menawan. Tak salah jika disebut sebagai Heaven of Earth karena memang hanya di Indonesia beberapa hal tidak bisa kita temui di negara lain. seperti banyaknya beberapa satwa dan fauna langka, indahnya Indonesia juga khas Indahnya negara maritim dan agraris, indahnya khas negara tropis yang tidak ada pada negara lain.

Bahkan, ada beberapa kepulauan di Indonesia masuk pada jajaran pulau terbaik di dunia. Berikut daftar lengkap 10 pulau terbaik di dunia 2023 versi Travel and Leisure:

  1. Great Barrier Reef (Australia): 96,11 poin
  2. Maladewa: 95,68 poin
  3. Bali (Indonesia) : 94,40 poin
  4. Madeira (Portugal) : 94,33 poin
  5. Phuket (Thailand) : 94,21 poin
  6. Skye and the Hebrides (Skotlandia) : 94,12 poin
  7. Koh Samui (Thailand) : 93,89 poin
  8. Dominica: 93,66 poin
  9. Langkawi (Malaysia): 93,65 poin
  10. Boracay (Filipina): 92,94 poin

Indonesia juga memiliki bentang alam yang cukup beragam sekali, mulai dari hutan hujan tropis yang berada di Pulau Kalimantan, hutan musim penghasil kayu serta hasil hutan yang ada di wilayah Jawa hingga sabana yang membentang luas yang berada di Kepulauan Nusa Tenggara.

Hal tersebut sangat berbeda dengan negara yang hanya memiliki bentang alam satu atau hanya dua ragam saja. Tak bisa dimungkiri jika akan banyak kita temukan keunikan alam yang begitu indah di indonesia yang tentunya bisa kita nikmati sebagai wisata alam. Perlu diketahui juga jika kita memiliki andil peran dalam menjaga keasrian dan kelestarian kenampakan alam tersebut.

Karena keberagaman iklim dan bentang alam di Indonesia menjadikan tanahnya semakin asri dan sangat cocok untuk dihuni oleh berbagai macam jenis spesies flora dan fauna asli. 

Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman bentang alam yang memberikan kontribusi pada kekayaan alam yang begitu melimpah. Mulai dari hasil hutan, hasil bumi hingga hasil tambang. Selain itu, Indonesia juga masuk ke dalam negara kepulauan yang berada pada area cincin api atau berada di dalam rangkaian gunung berapi.

Banyaknya gunung api yang ada di Indonesia mampu memberikan banyak sekali potensi hasil tambang seperti mineral serta bebatuan yang begitu bernilai tinggi. Perlu diketahui juga jika Indonesia memiliki salah satu wilayah tambang emas terbesar di dunia yaitu berada di tembang Grasberg di Pulau Papua.

Indonesia masuk ke dalam jajaran negara penyumbang oksigen terbesar di dunia. Kepulauan Kalimantan menjadi salah satu paru-paru dunia yang begitu besar. Di mana di dalam pulau Kalimantan terdapat hutan tropis yang mampu memberikan pasokan kebutuhan oksigen di muka bumi. Faktanya Indonesia juga menduduki peringkat sepuluh besar pemilik hutan terluas di dunia setelah Rusia, Brazil, Kanada, Amerika Serikat, Tiongkok, Australia dan Kongo.

Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), pada tahun 2020 luas area hutan di seluruh dunia mencapai 4,06 miliar hektare. Luas hutan ini mencapai 30,8% dari total luas lahan di planet Bumi. Indonesia juga masuk ke jajaran 10 negara pemilik area hutan terluas di dunia, dengan kepemilikan 92 juta hektare area hutan atau 2% dari luas hutan global.

Hutan Indonesia

Hutan Indonesia merupakan sepuluh besar tutupan hutan terluas di dunia dengan luas mencapai 142 juta hektare (ha) di tahun 2020. Ini merupakan satu prestasi membanggakan mengingat hutan merupakan salah satu pendukung yang sangat penting bagi keseimbangan alam.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapatkan sorotan dan perhatian lebih dari negara lain karena predikat Paru-Paru Dunia pada hutan tropisnya. Selain itu Indonesia juga menjadi salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia, dengan keunggulan hutan tropis di Indonesia menyimpan banyak potensi energi mikrobiologi yang sangat diperlukan dunia.

Kekayaan sumber daya alam Indonesia memang terkenal luar biasa membuat Indonesia menjadi salah satu Negara paling beruntung di dunia. Salah satu keberuntungan itu adalah luasnya hamparan hijau hutan tropis dan hutan hujan (Rain Forest), yang mayoritas terdapat di pulau Kalimantan dan papua. 

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, serta di antara dua samudra, Samudera Pasifk dan Samudera Hindia. Secara biogeografis, tingginya keanekaragaman hayati Indonesia dapat dijelaskan dengan fakta bahwa negara ini terbagi oleh Garis Wallace, Garis Weber dan Garis Lydekker. Ketiga garis imajiner yang digambarkan (di beberapa tempat) sebagai pemisah (biogeograf) antara wilayah Asia dan Australia.

Karena lokasi geografis ini, Indonesia memiliki potensi keanekaragam hayati yang tinggi dengan tingkat endemisitas yang tinggi pula. Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI) Indonesia menjadi negara mega biodiversity terbesar ketiga setelah Brasil dan Kongo dengan luas daratan sekitar 82juta hektar yang masih tertutup hutan.

Indonesia memiliki 13 tipe ekosistem daratan dan 6 tipe ekosistem perairan (termasuk ekosistem perairan darat dan ekosistem perairan laut). Sembilan belas tipe ekosistem tersebut kemudian terbagi menjadi 74 tipe vegetasi. 

Namun, dibalik semua keindahan alam Indonesia itu fenomena kebakaran hutan di Indonesia termasuk salah satu dari jajaran bencana alam di Indonesia yang belum bisa dihindari hingga hari ini. Mengutip dari data Databoks oleh Kata Data kebakaran hutan dan lahan menduduki peringkat keempat setelah banjir, cuaca ekstreem dan tanah longsor hingga pertengahan 2023 ini.

Data lain juga menyebutkan bahwa kebakaran hutan di Indonesia ini merupakan salah satu kebakaran hutan yang mematikan selama ini jika dilihat dari fenomena kebakaran hutan dan lahan yang terjadi tahun 1997. 

Hingga pertengahan 2023 tepatnya bulan Agustus ini ada sekitar 23 kasus kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ini. Jumlah ini setara 62% dari total kejadian bencana nasional pada periode tersebut. Adapun dalam periode 1-14 Agustus 2023, BNPB mencatat, ada 70.144 hotspot di Indonesia. Sedangkan periode 1-14 Juni 2023 terdapat 10.470 titik dan periode 1-14 Juli ada 6.270 titik. Kalimantan jadi wilayah dengan hot spot tertinggi nasional, yang jumlahnya hotspot-nya mencapai 40.141 titik pada periode dua minggu pertama Agustus 2023.

Hutan Untuk Rakyat Bukan Korporat

Dengan wilayah yang berada di iklim tropis membuat Indonesia menjadi habitat aneka jenis flora dan fauna, termasuk spesies langka yang hanya bisa ditemukan disini atau endemik. Keanekaragaman tersebut kemudian menjadikan Indonesia dijuluki sebagai Negara Megabiodiversitas dengan kekayaan alam berlimpah.

Namun, beberapa tahun terakhir marak sekali kasus-kasus besar di Indonesia yang berkaitan dengan isu lingkungan. Parahnya lagi sebagian besar isu-isu yang muncul ternyata dikarenakan oleh kegiatan operasional beberapa perusahaan. Akibatnya banyak efek dan dapak yang ditimbulkan pada lingkungan seperti pencematan air, polusi udara, polusi tanah, banyaknya limbah yang tidak terkontrol dan lainnya. 

KARHUTLA di Indonesia

Indonesia akan mengalami anomali iklim yang menyebabkan curah hujan menipis sehingga cuaca menjadi panas akibat kebakaran hutan dan lahan.

Diantara pemicu hilangnya hutan hujan tropis Indonesia adalah peristiwa kebakaran hutan. Dalam sejarah kebakaran hutan di Indonesia, kebakaran hutan yang terbesar terjadi pada tahun 1997/1998 yang mencapai luasan 9,7 juta Ha lahan dengan luasan area terbakar tersebar di beberapa pulau seperti, Sumatera 1,7 juta Ha, Kalimantan 6,5 juta Ha, Jawa 0,1 juta Ha, Sulawesi 0,4 juta Ha dan Irian Jaya 1 juta Ha. Dengan pembagian menurut tipe hutan yang terbakar adalah hutan pegunungan 0,1 juta Ha, hutan dataran rendah 3,3 juta Ha, gambut 1,5 juta Ha, lahan pertanian dan alang-alang terbuka 4,5 juta Ha, HTI dan perkebunan 0,3 juta Ha.

Penyebab kebakaran hutan dan lahan didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat alami maupun perbuatan manusiayang menyebabkan terjadinya proses penyalaan serta pembakaran bahan bakar hutan dan lahan. Dilihat dari faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, faktor alam tampaknya hanya memegang peranan kecil, sedangkan faktor manusia menyebabkan hampir 100% dari kejadian kebakaran hutan dan lahan, baik sengaja maaupun tidak disengaja, contohnya api digunakan dalam pembukaan lahan.

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia pada tahun 2019 tidak sebesar kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan luasan yang signifikan kembali terjadi pada tahun 2007, 2012 dan 2015. Fenomena ini telah menyebabkan polusi asap lintas batas di kawasan ASEAN dan menjadi salah satu pusat perhatian dunia.

Belum lagi kasus lahan gambut yang sangat rentan terhadap kerusakan hutan gambut. Kerusakan gambut dapat berupa penurunan permukaan tanah, atau karhutla yang dipicu oleh pembukaan dan pengeringan lahan gambut akibat pembangunan kanal (kanalisasi gambut). Jika tidak dikelolah secara baik maka akan berakibat sangat berbahaya bagi masyarakat. 

Dengan rincian Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia. Adapun luas total ekosistem gambut Indonesia mencapai 24,67 juta hektare, yang terdiri dari sekitar 9,60 juta hektare di Sumatra; 8,40 juta hektare di Kalimantan; 63,29 ribu hektare di Sulawesi; dan 6,59 juta hektare di Papua.

Ekosistem gambut memiliki kemampuannya menahan air yang berperan sebagai zona penyangga hidrologis bagi wilayah sekitarnya. Juga dapat menyimpan karbon secara efektif, sehingga dapat mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca di atmosfr secara signifkan.

Luas Area Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia (2010-Juli 2023)

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selama periode Januari-Juli 2023 luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia sudah mencapai 90.405 hektare (ha).

Seluruh kebakaran itu tercatat menghasilkan emisi lebih dari 5,9 juta ton ekuivalen karbon dioksida (CO2e)

Berikut daftar 10 provinsi dengan luas area karhutla terbesar periode Januari-Juli 2023:

  1. Nusa Tenggara Timur: 28.718 ha
  2. Kalimantan Barat: 12.537 ha
  3. Nusa Tenggara Barat: 9.662 ha
  4. Kalimantan Selatan: 7.483 ha
  5. Jawa Timur: 7.076 ha
  6. Lampung: 2.992 ha
  7. Kalimantan Tengah: 2.948 ha
  8. Sulawesi Tenggara: 2.848 ha
  9. Maluku: 2.765 ha
  10. Riau: 2.220 ha

Sumber : Databoks Kata Data

1989).34 Suatu perkiraan menghitung biaya akibat
kebakaran tahun 1982-1983 sekitar 9 miliar dolar,
dimana hampir 8,3 miliar dolar berasal dari
hilangnya tegakan pohon (Hess, 1994).

Kasus Kebakaran Hutan Terbesar di Indonesia

Ada dua kasus kebakaran hutan dan lahan terbesar di Indonesia yang menjadi sorotan negara lain. Dua kasus ini terjadi hampir terjadi sepanjang wilayah Indonesia dengan merugikan milyaran dollar. 

Kebakaran hebat pertama yang merupakan akibat gabungan antara pengelolaan hutan di era Soeharto dan fenomena iklim El Niño menghancurkan 210.000 km2 dari wilayah Propinsi Kalimantan Timur tahun 1982-1983. Kalimantan Timur merupakan fokus pertama produksi kayu Indonesia saat itu dan hampir seluruh kawasan dibagi menjadi kawasan HPH selama tahun 1970-an. Ada praktek pembalakan liar di hutan ini, sehingga menimbulkan banyak limbah pembalakan yang menjadi pemicu kebakaran hutan.

Kekeringan akibat fenomena El Niño yang hebat melanda kawasan ini antara bulan Juni 1982 dan Mei 1983, dan kebakaran terjadi serempak hampir di seluruh wilayah propinsi ini pada akhir tahun 1982. Kebakaran ini tidak dapat dikendalikan sampai akhirnya musim hujan tiba kembali pada bulan Mei 1983.  Beberapa efek yang ditibulkan un berragam :

  • Sekitar 3,2 juta ha habis terbakar di area ini. 2,7 juta ha adalah hutan hujan tropis.
  • Tingkat kerusakan bervariasi di area yang berbeda dari kebakaran bawah yang merambat perlahan-lahan di hutan-hutan primer sampai pengerusakan yang menyeluruh di areal yang baru saja dibalak dan di hutan-hutan rawa gambut.
  • Sekitar 73.000 ha hutan-hutan dataran rendah Dipterocarpaceae yang bernilai komersial mengalami kerusakan berat dan 2,1 juta ha lainnya mengalami kerusakan ringan atau sedang.
  • Tingkat kerusakan kebakaran secara langsung berkaitan dengan tingkat degradasi hutan: hanya 11 persen dari hutan-hutan primer yang tidak dibalak pada areal yang dipengaruhi oleh kekeringan dan kebakaran yang sesungguhnya terbakar.
  • Kerusakan terjadi sebatas vegetasi bawah, dan hutan sama sekali tertutup kembali menjelang tahun 1988.
  • Sebaliknya, di kawasan yang luasnya hampir satu juta ha pada area hutan “yang dibalak secara sedang” (80 persen dibalak lebih dulu sebelum kebakaran), 84 persen hutan terbakar, dan kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih hebat (Schindler dkk, 1989).
  • Perkiraan kerugian akibat kebakaran tahun 1982-1983 sekitar 9 miliar dolar, dimana hampir 8,3 miliar dolar berasal dari hilangnya tegakan pohon

Karhutla besar pernah terjadi di Riau dan Kalimantan pada tahun 1997 dengan luas kebakaran menjacapi 11.7juta hectare.  Dampaknya sangat parah, seperti :

  1. Termasuk jatuhnya pesawat Garuda jenis Airbus 300 dengan kode penerbangan GA 152 di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan total 234 korban jiwa pada tanggal 26 September 1997
  2. Efek asap hingga negara-negara tetangga seperti Australia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam dan lainnya.
  3. Akomodasi dan transportasi terhenti karena kabut asap di Papua, akibatnya banyak korban jiwa akibat kelaparan
  4. 20 juta orang terdampak pencemaran air dan polusi udara secara langsung maupun tidak langsung

Kerugian yang tercatat saat itu mencapai USD 1.62-2.7M. Belum termasuk kerugian akibat kabut asap mencapai USD 674-799 juta. Dan terakhir kerugian akbat emisi karbon mencapai USD 2.8M.

Karhutla tahun 2015 ini terjadi pada lahan gambut dengan total kebakaran 2.6 juta ha atau setara dengan 13% jumlah keseluruhan lahan gambut di Indonesia. Karhutla ini terjadi pada lahan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Seperti Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Papua. Akibatnya seperti :

  1. Hilangnya produk kayu dan non kayu
  2. Hilangnya habitat satwa, seperti hilangnya habitat orang utan dan hewan lain yang terancam punah
  3. Kerugian akibat hilangnya keanekaragaman hayati diperkirakan mencapai USD 295juta
  4. Kabut asap terjadi hingga 80% wilayah di Indonesia. Dan berefek hingga negara tetangga seperti SIngapura, Malaysia dan Brunei Darussalam
  5. 28 uta jiwa terdampak, 19 orang meninggal, kurang lebih 500 orang mengalami ISPA
  6. Udara yang tercemar mengandung karbondioksida, sianida dan amonium yang menyebabkan gangguan pernafasan, mata dan kulit. Udara beracun ini snagat berbahaya bagi balita dan lansia
  7. Sekitar 5 juta siswa kehilangan waktu belajar akibat penutupan paksa sekolah akibat kabut asap

Note

Akibat dari karhutla ahun 1997 ini Ludwig Schindler lewat makalahnya “Fire Management in Indonesia Quo Vadis?” yang disajikan dalam Tropical Forest Fire: Prevention, Control, Rehabilitation, and Trans-Boundary Issues (7-8 Desember 1998), meyakini bahwa 99 persen kebakaran hutan dan lahan di Indonesia disebabkan oleh kesalahan manusia. Peneliti dari Jerman ini kemudian memberikan beberapa saran yang bisa dilakukan pemerintah RI untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisir kebakaran hutan, yaitu:

 

  1. Mulai menyelesaikan masalah hak pakai lahan;
  2. Memperkuat hukum bagi pelanggar aturan;
  3. Menentukan kebijakan kehutanan yang melahirkan kesadaran dan minat publik, media, dan komunitas lokal untuk melindungi hutan.
  4. Mengurangi diperbolehkannya menebang kayu tahunan;
  5. Mengembangkan konsep pengelolaan kebakaran bagi pemilik konsesi HPH (Hak Pengusahaan Hutan);
  6. Memberhentikan konversi lahan hutan alam untuk perkebunan.
Kebakaran hutan/lahan gambut secara nyata berpengaruh terhadap terdegradasinya kondisi lingkungan, kesehatan manusia dan aspek sosial ekonomi bagi masyarakat.

Terdegradasinya kondisi lingkungan

  • Perubahan kualitas fisik gambut (penurunan porositas total, penurunan kadar air tersedia, penurunan permeabilitas dan meningkatnya kerapatan lindak)
  • Perubahan kualitas kimia gambut (peningkatan pH, kandungan N-total, kandungan fosfor dan kandungan basa total yaitu Kalsium, Magnesium, Kalium, dan Natrium, tetapi terjadi penurunan kandungan C-organik)

Mengganggu Kesehatan Manusia

Ribuan penduduk dilaporkan menderita penyakit infeksi saluran pernapasan, sakit mata dan batuk sebagai akibat dari asap kebakaran. Kebakaran gambut juga menyebabkan rusaknya kualitas air, sehingga air menjadi kurang layak untuk diminum.

Aspek sosial ekonomi

  • Hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya pada hutan (berladang, beternak, berburu/menangkap ikan)
  • Penurunan produksi kayu
  • Terganggunya kegiatan transportasi
  • Terjadinya protes dan tuntutan dari negara tetangga akibat dampak asap kebakaran
  • Meningkatnya pengeluaran akibat biaya untuk pemadaman

Rusaknya Siklus Hidrologi

Rusaknya siklus hidrologi (menurunkan kemampuan intersepsi air hujan ke dalam tanah, mengurangi transpirasi vegetasi, menurunkan kelembaban tanah, dan meningkatkan jumlah air yang mengalir di permukaan (surface run off). Kondisi demikian menyebabkan gambut menjadi kering dan mudah terbakar, terjadinya sedimentasi dan perubahan kualitas air serta turunnya populasi dan keanekaragaman ikan di perairan. Selain itu kerusakan hidrologi di lahan gambut akan menyebabkan jangkauan intrusi air laut semakin jauh ke darat

PR besar Indonesia

Dengan mengantongi beberapa kasus kerusakan dan kebakaran hutan dan lahan diatas maka Indonesia harusnya memiliki PR besar yang tidak dapat dinafikan lagi. Agar bumi kita semakin terrawat dan lestari seperti seharusnya. 

Hutan memiliki peran yang sangat besar dan penting bagi tatanan kehidupan manusia di muka bumi ini. Bukan hanya manusia, hutan juga memiliki andil terhadap kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan. Karena hal ini hutan menjadi penentu kelangsungan hidup dunia kedepannya. 

Jika banyak hutan yang gundul maka secara otomatis akan membuat lapisan ozon semakin menipis, lapisan ozon ini berfungsi sebagai pelindungi bumi dari sinar Ultraviolet atau sinar matahari secara langsung. Fungsi hutan pada lapisan ozon bisa dianalogikan sebagai penyedia pohon yang berfungsi sebagai penetralisir udara yang ada di Bumi. Ketika hutan- hutan digunduli maka proses penetralisasi udara akan sulit dilakukan. Produksi karbon akan sulit dikendalikan, hal itu akan menyebabkan cepatnya proses penipisan lapisan ozon.

Selain itu, berkurangnya pohon di hutan juga berpengaruh pada polusi udara yang ada di bumi. Dengan berkurangnya pohon maka bumi tidak ada persediaan oksigen yang cukup untuk menganggulangi polusi di udara. Akibatnya lapisan ozon di bumi semakin menipis dan mempengaruhi kualitas kesehatan manusia di bumi salah satunya adalah pemanasan global.

Hutan juga adalah pelindung bumi dari pemanasan global yang diakibatkan oleh sinar matahari. Sedangkan pemanasan global sendiri memiliki dampak buruk bagi manusia salah satunya adalah menimbulkan kabut asap yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan berpotensi kematian akibat dari meningkatnya suhu bumi, krisis air bersih karena sumber-sumber air sudah tercemar, naiknya permukaan air laut yang membuat pulau-pulau kecil tenggelam dan lainnya.

Bayangkan jika kita hidup tanpa hutan, maka semua mimpi buruk hutan Indonesia akan terjadi dalam waktu dekat, cepat atau lambat. Belum lagi potensi Forest Healing di Indonesia akan semakin berkurang, padahal keberadaan forest healing juga berpengaruh sangat penting bagi masyarakat urban dengan segala kondisinya. 

Daya serap polusi sudah semakin berkurang, suhu bumi semakin panas, sumber air tercemar, flora dan fauna sebagai penduduk asli hutan absen di rumah sendiri sudah bisa menjadi penilaian bahwa hutan kita sudah tidak layak menjadi Heaven of World dengan pemandangan alam yang asri dan menenangkan di masa depan. 

Upaya pemeliharaan alam dan hutan

Melestarikan hutan Indonesia patutnya bukan hanya tugas masyarakat adat atau masyarakat dalam lingkungan hutan itu sendiri. Melestarikan hutan yang menjadi sumber penghidupan juga sebagai tonggak penyelamat oksigen di bumi pertiwi ini harusnya menjadi tanggungjawab kita semua. Mari #BersamaBergerakBerdaya melestarikan hidup di negeri sendiri #UntukmuBumiku satukan impian dengan beberapa upaya pelestarian lingkungan sekitar kita. 

  1. Mulai mengikuti kampanye pelestarian hutan dan isu lingkungan lainnya
  2. Mendukung gerakan pelestarian hutan dan isu lingkungan
  3. Menghemat Sumber Daya yang ada di sekitar, karena tidak ada yang lebih bisa menjaga selain kita dari hal terkecil sekalipun
  4. Berdonasi (jika mampu) untuk mendukung pemeliharaan dan perlindungan lingkungan
  5. Bijak membuang sampah penyebab kebakaran hutan
  6. Memberikan edukasi tentang kebakaran hutan dan lahan gambut bagi sekeliling kita, salah satunya melalui sosial media dan blog
  7. Memberikan sumbangsih ide dan pencerahan lainnya seputar berkegiatan yang berkaitan dengan isu lingkungan

Implikasi Kebijakan

Mengutip dari beberapa penelitian tentang kasus kebakaran hutan di Indonesia, ada beberapa kesimpulan yang bisa diambil untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan ini. 

Political Will

Perlu adanya kemauan politik (political will), seperti melakukan investasi berupa penelitian untuk mencari inovasi baru (teknologi tepat guna) yang dapat digunakan untuk memberikan alternatif tidak membakar kebun/semak, seperti teknologi Tanpa Olah Tanah (TOT) berikut alat-alat pendukungnya, teknologi pembusukan (decomposed), teknologi pemanfaatan lahan gambut sebagai media tanaman, dll untuk meningkatkan efisiensi dan nilai tambah produk pertanian

Deregulasi

Perlu ada deregulasi dan sinkronisasi peraturan-peraturan yang ada, untuk menghindari terjadinya saling melempar tanggungjawab, khususnya status hukum kepemilikan lahan dan penggarapan lahan.

Law enforcement

Perlu ada law enforcement secara tegas dan konsekuen terhadap para pelaku dan pihak yang menyebabkan terjadinya kebakaran, termasuk pencegahan timbulnya biaya transaksi (transaction cost) yang dapat menyebabkan semakin leluasanya pihak tertentu melakukan pembakaran. 

Economic Based policies

Perlu difikirkan adanya instrumen kebijakan berbasis ekonomi (economic-based policies) seperti: (a) memberikan insentif kepada sekelompok atau seseorang yang mempu menjaga kawasannya dari kebakaran dan memberikan disinsentif kepada yang tidak mampu menjaga kawasannya dari kebakaran, (b) menciptakan program-program yang dapat menghambat dilakukannya pembakaran hutan dan lahan dan menyebarluaskannya kepada masyarakat, seperti menggandengkan upaya pencegahan pembakaran dengan kredit usahatani atau kredit ketahanan pangan (KKP), kredit P4K atau kegiatan Program PRIMATANI.

Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia yuk #Bersamabergerakberdaya!!

Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan! Jika bukan kita maka siapa lagi? Ingat, satu pohon sama dengan satu nyawa anak cucu kita di bumi. Siap menghadapi tantangan #BersamaBergerakBerdaya untuk tetap menjaga keseimbangan, kelestarian dan kedamaian alam Indonesia ini? 

Leave a Reply

© 2023 Build by Mbak Liya with Pride and Tea. All Rights Reserved.