Semua orang pasti memiliki emosi. Tapi, pernahkah kamu melihat seseorang yang tidak bisa mengontrol emosinya? Mereka kadang tertawa dengan keras, menangis dengan cepat, bahkan marah-marah karena masalah kecil. Orang seperti itu bisa saja mengalami disregulasi emosi.
Apa, sih, disregulasi emosi itu? Disregulasi emosi pada dasarnya adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol emosi yang mereka rasakan.
Ketika mereka merasa emosional akibat hal yang menyakitkan, sebagian dari mereka mungkin akan menghindarinya. Padahal, menghindari perasaan yang tidak dapat diterima belum tentu efektif dalam menenangkan diri. Tapi, tidak sedikit juga dari mereka yang menikmati cara ini.
Orang-orang dengan disregulasi emosi cenderung menyakiti diri sendiri atau orang-orang di sekitarnya. Kamu bisa perhatikan ciri-ciri ini. Jika mereka sedang marah dengan pasangan, mungkin mereka memiliki keinginan untuk membuat pasangan merasa kesal. Bisa dengan meremehkannya secara verbal atau bahkan melemparnya dengan barang.
Sangat sulit bagi mereka untuk mengatur perasaan emosional dalam diri. Untuk mengatur perasaan itu, mereka harus berjuang mengatasi perasaan yang berlebihan. Terkadang, beberapa dari mereka bisa terlibat dalam perilaku tidak sehat. Contohnya minum minuman keras, menggunakan narkoba, berjudi, dan lainnya.
Kebanyakan orang membutuhkan waktu untuk belajar bagaimana bersikap adil dan tenang dalam sebuah hubungan. Tapi, bagi mereka yang mengalami disregulasi emosi akan merasa kesulitan saat menyelesaikan konflik atau beradu argumen.
Orang dengan disregulasi emosi mungkin akan mengalami kecemasan yang signifikan, seperti takut ditinggalkan atau rasa malu. Emosi yang meluap-luap itu membuat mereka seperti terjebak dalam pasir hisap.
Jangan dianggap sepele, disregulasi emosi merupakan salah satu ciri gangguan mental lainnya, seperti bipolar, ADHD, dan gangguan makan. Kondisi lain yang mungkin dikaitkan dengan disregulasi emosi termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma.
Disregulasi emosi bukanlah gangguan yang berdiri sendiri, biasanya kondisi ini muncul dengan kondisi lain, seperti kecemasan atau PTSD. Jika kamu mengalami tanda-tanda seperti di atas, segera konsultasikan ke ahlinya agar dapat penanganan yang profesional.