SIDOARJO

Berselimut Polusi Mari Cari Solusi

Mencari solusi terhadap perubahan iklim akibat selimut polusi yang kian rapat menyelimuti. Masih mau bungkam sendiri dan berujung menyesali? Yuk, cari dan jadi solusi disini.

Pertumbuhan sebuah wilayah pada saat ini terjadi dengan sangat pesat, baik pada sector mobilisasi dan infrastruktur, faktor urbanisasi penduduk menjadi alasan utama pertumbuhan suatu wilayah menjadi sangat cepat. Pertumbuhan ini membawa dua dampak yakni dampak baik untuk menyokong perekonomian dan juga membawa dampak yang buruk bagi lingkungan disekitarnya. Seperti semakin banyaknya pencemaran lingkungan mulai dari polusi udara, polusi tanah dan polusi air pada wilayah tersebut.

Pencemaran lingkungan disebabkan oleh beragam faktor. Namun, faktor terbesarnya adalah manusia. Sadar atau tidak, kita telah berkontribusi dalam proses pencemaran lingkungan. Mulai dari pertambahan jumlah penduduk yang tak terkendali, banyaknya sumber-sumber zat pencemaran sehingga alam tak mampu menetralisir.

Pencemaran lingkungan umumnya tejadi karena ulah manusia sendiri, penyebabnya adalah pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang berasal dari kegiatan masyarakat domestik, kegiatan sektor industri dan pencemaran yang terjadi akibat kegiatan sosial lainnya. Hal ini juga didukung dengan ketimpangan dalam penataan ruang perkotaan yang menjadi penyebab keruhnya pencemaran lingkungan terbesar di wilayah perkotaan.

Dengan adanya begitu banyak penyebab pencemaran lingkungan itu sendiri menghasilkan berbagai dampak pula kepada lingkungan yang ada salah satunya perubahan iklim. Karena sudah menjadi rahasia umum perubahan iklim ini terjadi karena faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi pada sinar matahari serta factor-faktor yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti perubahan penggunaan lahan dan juga penggunaan bahan bakar fosil.

Renungan Besar

Sejauh mana kita melihat, sejauh mana kita melangkah kita tetap menghirup udara yang sama setiap harinya. Namun, sadarkah kita hidup ditengah-tengah kemelut Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.

Polusi Udara

Oke, mari kita persempit pembahasan hanya sekedar pada polusi udara saja. Sejatinya kita semua sudah paham betul bagaimana polusi udara sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita selama ini. 

Pernah dengar pernyataan “Orang Indonesia kehilangan 2.5 tahun harapan hidup disebabkan karena polusi udara yang buruk” ? 

Meskipun hanya sekedar hipotesis namun pernyataan ini juga perlu direnungkan kembali. Bagi saya, tidak ada yang gratis didunia ini. Udara berkualitas buruk adalah harga yang harus dibayar atas kerusakan hutan dan kerusakan lainnya. 

Melihat bagaimana kondisi Indonesia saat ini tentunya sangat mencerminkan bagaimana manusia hidup setidaknya satu dekade ini. Pencemaran lingkungan terjadi dimana-mana bahkan sudah menjadi hal wajar dikalangan kita sendiri. Naiknya kualitas hidup manusia juga memicu meningkatnya kualitas LH (pencerminan kualitas hidup) dilingkungan. 

Semuanya berpola, jika memang konsumsi manusia semakin banyak maka semakin tinggi pula dampak dan efek konsumsi kita. Akibatnya kita akan sibuk mencari jalan dan celah untuk menyepadankan dan mengurangi sifat konsumtif ini.

Meskipun banyak kampanye ekonomi sirkular yang berkembang di masyarakat sebagai upaya kehidupan berkelanjutan (sustainibility) agaknya memang rencana awal ini harus didukung penuh oleh masyarakat lintas sektor dan lintas usia. Salah satunya dengan menerapkan hidup minimalis dan tidak boros bahan baku terutama bahan baku minyak. Karena sudah menjadi rahasia umum jika polusi udara digawangi dari asap-asap aktifitas manusia seperti asap kendaraan, asap pabrik dan asap pembakaran hutan.

Impian Kita Semua

Sidoarjo Asri Tanpa Polusi

Setiap dari kita tentu memiliki impian yang sama terkait isu lingkungan ini, memiliki harapan hidup yang baik, damai dan asri tanpa #SelimutPolusi. Banyak hal yang bisa kita lakukan, mulai dari hal terkecil hingga yang paling besar sekalipun.

Manusia tergolong makhluk dinamis, semuanya memiliki jalan dan pandangan kedepan bukan hanya sekedar membangun inovasi dan fokus pada perkembangan saja. Namun, manusia juga kerap memiliki solusi-solusi dalam setiap tindakannya. 

Hidup aman dan tentram sudah pasti menjadi impian bagi kita semua. Wajar jika kita memiliki impian yang tidak muluk-muluk. Namun harus tetap didasari dengan pertimbangan dan aksi nyata bagaimana cara merealisasikan semuanya dengan kesadaran penuh. 

PM 2.5 0 µg/m³

AQI Sidoarjo

Berkenalan dengan Sidoarjo, salah satu kabupaten di Jawa Timur yang masih tergenang semburan lumpur Lapindo dengan luas kolam penampungan sekitar 640 hektar ini juga menjadi salah satu pusat perekonomian di Jawa Timur. Sejak hampir sebagian kotanya tenggelam oleh lumpur tidak menyurutkan laju pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakatnya. Dengan letak secara geografis berdekatan dengan Surabaya serta dilalui Jalur Pantura bagian timur, menjadikan Sidoarjo strategis untuk industri. 

Beragam perusahaan besar maupun kecil menjamur di Sidoarjo, baik swasta maupun BUMN. Sebagai pendukung ibu kota provinsi secara tak langsung juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat Sidoarjo. Meskipun kebanyakan berprofesi sebagai petani dan nelayan, mayoritas masyarakat Sidoarjo menggantungkan hidupnya pada sektor industri dan transportasi.

Dari letak geografisnya sendiri Sidoarjo juga memiliki andil pada beberapa proyek pembangunan nasional seperti Proyek GerbangkertoSusila yang mana proyek ini juga menjadikan Sidoarjo sebagai salah satu kota dengan kesibukan yang sangat padat. Karena kontribusi Sidoarjo yang sangat penting ini menjadikannya kota dengan kesibukan yang sama seperti Surabaya.

Tidak heran jika laju perekonomian dan sosial Sidoarjo juga sering terdampak dari Surabaya, hal ini juga membuat Sidoarjo menjadi kota berpolusi di Jawa Timur. Indeks Kualitas Udara (AQI) Sidoarjo sekarang Tidak sehat bagi kelompok sensitif. Dengan data real-time PM2.5 yang berarti partikel polutan yang dapat terhirup dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer yang dapat masuk ke paru-paru dan aliran darah, mengakibatkan masalah kesehatan serius.

Dengan skala kualitas udara sekitar 57 yang berarti kualitas udara di Sidoarjo bernilai BURUK. Dampak terparah adalah pada paru-paru dan jantung. Keterpaparan dapat mengakibatkan batuk atau kesulitan bernapas, asma parah, dan berkembangnya penyakit pernapasan kronis.

Penyebab #SelimutPolusi di Sidoarjo

Penyebab polusi udara ini pun dapat ditimbulkan melakui kegiatan atau aktivitas sehari- hari manusia itu sendiri, karena kaitannya langsung dengan lingkungan dan alam sekitar. Meskipun demikian banyak dari kita tidak menyadari bahwa polusi bersumber dari diri kita sendiri

Pencemaran Udara Akibat Lumpur Lapindo

Bencana lumpur lapindo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006

Semburan lumpur panas ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Bahan kimia yang terkadung daalam Lumpur Sidoarjo ini mengandung logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang cukup berbahaya bagi manusia apalagi kadarnya jauh di atas ambang batas. 

Nyatanya bencana Lumpur Lapindo Sidoarjo ini juga ikut menyumbang emisi gas metana. Sejak kemunculannya, lumpur Lapindo terus menerus mengeluarkan air, minyak, gas dan lumpur serta telah melenyapkan dan merusak lingkungan sekitar. Jumlah gas metana yang dihasilkan dapat mencapai 100.000 hingga 5.400.000 per tahun. Angka ini menjadikan lumpur Lapindo sebagai sumber emisi gas metana terbesar di dunia.

Gas metana menjadi bagian dari komposisi gas rumah kaca. Dengan kekuatan panasnya, gas metana berkontribusi besar pada penyebab fenomena perubahan iklim. Berbeda dengan karbondioksida, metana tidak dapat diserap secara alami oleh klorofil dalam proses fotosintesis. Sifatnya yang mudah terbakar, membuat kontak antara gas metana dan api dapat memicu terjadinya ledakan.

Tidak hanya pada lingkungan, gas CH4 juga berbahaya apabila terhirup manusia. Efek samping yang dapat dirasakan dapat berupa mual, sakit kepala, detak jantung lebih cepat. Masalah kognitif juga dapat terjadi seperti kehilangan memori, penglihatan kabur, gelisah, lesu dan lain sebagainya.

Bagaimana Gas Metana Mencemari Udara ?


Bahaya gas metana terhadap kualitas udara terjadi dalam cara yang sederhana. Gas metana meninggalkan atmosfer melalui oksidasi membentuk uap air dan karbondioksida. Jadi, metana tidak hanya berkontribusi pada pemanasan global secara langsung tetapi juga melalui pelepasan karbondioksida. Dengan tercemarnya udara akibat gas metana, maka turunlah kualitas udara bahkan membuat udara mengandung racun jika terhirup tidak hanya oleh manusia bahkan juga binatang.

Perubahan Iklim Buntut Panjang Polusi Udara Sidoarjo

Pemanasan Global merupakan dampak jangka panjang dari adanya polusi udara. Pada akhirnya pencemaran udara yang terjadi pada Lumpur Lapindo Sidoarjo ini secara umum berdampak pada lingkungan, termasuk perubahan iklim dan pemanasan global.

Perubahan iklim global adalah pergantian kondisi cuaca rata-rata yang terjadi di seluruh belahan dunia. Proses pergantian kondisi tersebut bisa terjadi setelah kurun waktu yang sangat lama (jutaan tahun) atau sangat cepat (misalnya beberapa hari sesudah bumi kejatuhan meteor atau komet dari langit). Perubahan iklim global akan terus terjadi walaupun manusia tidak hadir di permukaan bumi.

Perubahan iklim sebenarnya adalah hal yang alamiah terjadi. Pergantian dari musim ke musim sebenarnya juga merupakan perubahan iklim. Hanya saja istilah perubahan iklim (climate change) saat ini lebih mengerucut pada peristiwa perubahan iklim ekstrim berupa pemanasan suhu bumi (global warming).

Sebelum adanya manusia, perubahan iklim global terjadi karena aktivitas tektonik dan peristiwa-peristiwa astronomis. Seperti jatuhnya benda angkasa seperti asteroid yang menumbuk permukaan bumi, ataupun peristiwa terjadinya letusan gunung berapi.

Terjadinya peristiwa jatuh asteroid membuat adanya perubahan susunan elemen iklim. Seperti naiknya debu ke lapisan udara, tidak mampunya sinar matahari masuk ke bumi, air laut yang mendingin, dan lain sebagainya. Keberadaan manusia hanya mempercepat laju perubahan iklim global.

Perubahan iklim juga berkaitan dengan intensitas atau curah hujan yang terjadi di beberapa wilayah yang menjadi langganan banjir. Rentetan kejadian yang menyebabkan perubahan iklim tersebut berawal dari polusi udara yang menyebabkan pemanasan kota atau peningkatan temperatur suatu kota.

Polusi udara dalam kategori tinggi dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu singkat akan memicu terjadinya pemanasan global. Hal ini karena kekayaan alam telah disabotase oleh manusia. Manusia yang telah mengalami kemodernan zaman akan melakukan berbagai macam aktivitas yang memicu polusi udara dan hal ini tidak bisa dikurangi. Manusia hanya akan mengontrol bertambahnya polusi udara dengan beberapa hal yang kecil saja. Dan tanpa kita sadari ternyata seiring manusia semakin modern justru Bumi akan semakin terancam keselamatannya.

70%

Uap air (H2O)

36-70%

26%

Karbon dioksida (CO2)

9-26%

9%

Methana (CH4)

4-9%

7%

Ozon (O3)

3-7%

Uap air (H2O)

Nitrous Oxide (N2O), CFC dan HFC

Dampak Perubahan Iklim

Inilah beberapa perubahan iklim yang terjadi saat ini

Di Indonesia yang beriklim tropis ini pada musim kemarau berkepanjangan adalah kondisi yang sangat baik bagi perkembangan bakteri, virus, jamur dan parasit karena kelembaban udara pada musim kemarau cukup tinggi. Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut tumbuh dengan sangat subur dan dapat bertahan hidup lebih lama. Kondisi ini menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan bakteri dan udara semakin banyak terjadi seperti penyakit kulit akibat jamur. Selain itu, udara yang hangat adalah pertanda bagi bunga untuk melakukan penyerbukan. Umumnya, orang alergi dengan benda-benda kecil seperti serbuk bunga. Sehingga, kondisi ini menyebabkan peningkatan penyakit akibat alergi meningkat.

Perubahan Iklim juga menyebabkan cuaca ekstrim dan sulit ditebak. Di satu wilayah, bisa saja terjadi hujan terus-menerus yang disertai dengan angin kencang dan menyebabkan banjir. Sementara di wilayah lain terjadi kemarau berkepanjangan hingga mengeringkan sawah, ladang dan sumber-sumber air masyarakat. Belum lagi suhu ekstrim yang disebabkan terik matahari dapat membakar kulit.

Cuaca ekstrim seperti hujan kencang yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan banjir jika daratan tidak siap menampung limpahan air yang banyak. Kondisi banjir menyebabkan lingkungan kotor dan menjadi lingkungan yang sangat baik bagi sarangga dan nyamuk penyebar penyakit untuk hidup dan bereproduksi. Dengan kondisi seperti ini, kasus penyakit seperti malaria dan demam berdarah dengue akan sangat banyak, sampai pada titik endemik. Sementara kondisi ekstrim lingkungan mempengaruhi daya tubuh manusia sehingga mudah sekali menjadi sakit.

Sedangkan kemarau, akibat peningkatan suhu bumi terus-menerus dapat menyebabkan kebakaran semak dan hutan. Asap yang dihasilkan dari kebakaran sejam dan hutan mencemari udara yang juga berdampak pada kesehatan pernapasan manusia. Dalam kondisi tersebut akan sering ditemukan kasus-kasus seperti Infeksi Pernapasan.

Siapa yang bertanggungjawab?

Tiada yang mau dituding dengan tuduhan jelek sekalipun ini adalah isu lingkungan, semuanya pun memang terlibat tak terkecuali para pemilik kepentingan dari kalangan bawah sampai kalangan keatas. 

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2022 sebanyak 275 juta jiwa dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 69,3%. Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 88.929.047.

69%

Usia Produktif Perempuan

136.361.271 jiwa 

Usia Produktif Laki-laki

138.999.996 jiwa

Siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas terjadinya perubahan iklim? Sebelum terjawab begini saya jelaskan konsepnya. Manusia memiliki kecenderungan beradaptasi dan berkembang secara biologis dan sosiologis dengan baik. Seperti yang kita ketahui, pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol ini sebenarnya menjadi akar masalah dengan memunculkan masalah baru seperti kebutuhan pangan dan papan yang semakin meningkat.

Revolusi Industri sekitar 1750-1850 menjadi babak awal bagaimana bengisnya manajemen operasional sebuah pabrik yang secara aktif mengeluarkan polusi yang berakibat pada ekosistem di lingkungan sekitar. Setelah rentang waktu yang tak cukup lama lahirlah Brown Economy yang ditandai dengan beberapa inovasi dan penemuan-penemuan besar teknologi terbarukan. Yang dimana fokus langkah mereka hanya sekitar economic growth dan prosperity sehingga aspek lingkungan luput dari perhatian.

Pernah dengar UNFCCC atau yang kita kenal dengan Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa? Sebelum beralih sampai ke UNFCCC mari saya ajak flashback bagaimana perjalanan panjangnya menuju Green Economy ini. Tahun 1997 tepat disahkan Kyoto Protocol di lingkungan PBB yang berisi tentang persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990.

Namun, persetujuan ini gagal dalam upaya mengurangi GHG Emission untuk bumi per 31 Desember 2020 lalu lalu diganti dengan Paris Agreement tahun 2016 yang merupakan versi terbaru dari Kyoto Protocol. Salah satu isi Paris Agreement yaitu: “Menahan laju peningkatan temperatur global hingga cukup di bawah 2 derajat celsius dari angka sebelum masa Revolusi Industri”.

Tahun 2000 lahir konsep Green Economy dan Blue Economy yang mana fokus pemikiran mereka sudah mulai memperhatikan aspek lingkungan sebagai salah satu hal penting dalam pembangunan untuk mencapai Welfare State. Konsep ini juga bersanding dengan 2 kelahiran konsep pembangunan MDGs tahun 2000-2015 dan SDGs tahun 2015-2030 yang akan kita bahas ini. Karena SDGs sangat erat kaitannya dengan Green Economy pada 1 dekade ini. 

Perbedaan Green Economy dengan Blue Economy terlihat pada arah pemikirannya saja jika Green Economy lebih mementingkan pencapaian pembangunan berkelanjutan tanpa mengancam lingkungan dengan memperhatikan aspek carrying, capacity dan ekologi. Maka Blue Economy fokus meningkatkan pandangan yang lebih bertujuan pada pengoptimalan SDA berbasis lokal dan kemandirian.

Green Economy Untuk Sektor Industri

sebagai kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui pembatasan sumber daya alam dan rendah karbon

Green Economy Strategi Wujudkan SDGs

Indonesia sebagai negara berkembang terus menggerakkan roda pembangunan. Hal tersebut menjadi cara untuk kemajuan suatu negara di era global saat ini. Namun dalam pembangunan tersebut masih ditemukan ketidakseimbangan pembangunan ekonomi dan lingkungan.

Pembangunan ekonomi justru mengarah pada eksploitasi sumber daya alam. Hal tersebut pada akhrinya berdampak pada kerusakan hutan, terdegradasinya ekosistem, dan permasalahan lingkungan lainnya. Selain merusak lingkungan, pembangunan juga menurunkan kualitas kesehatan yang disebabkan kebakaran hutan untuk pembukaan lahan, pembakaran industri dan kendaraan bermotor. Oleh karena itu, dalam pembangunan diperlukan konsep green economy.

Green economy merupakan gagasan perekonomian yang rendah atau bahkan tidak menghasilkan emisi karbon dari kegiatan bisnis, yang dapat merusak atau membahayakan lingkungan, serta melakukan penghematan dan efisiensi sumber daya alam. Hal ini juga sejalan dengan poin-poin SDGs yang menjalankan misi green economy sebagai ekonomi yang berkelanjutan pada masyarakat dengan mengkonsumsi semua sumber daya yang terbarukan secara alami dan tanpa mengandung emisi karbon.

Indikatornya yaitu teknologi besih, peningkatan infrastuktur air tawar, peningkatan energi berkelanjutan, transportasi rendah karbon dengan desain hemat energi, teknologi bersih pengelolaan limbah, sektor pertanian dan kehutanan berkelanjutan, perubahan kebijakan nasional sektor investasi yang didukung dengan pengembangan kebijakan internasional dan infrastruktur pasar.

Tiga output yang diharapkan dapat tercipta dari skema Green Economy ini meliputi:

  • Terciptanya sumber-sumber penghasilan dan lapangan pekerjaan yang baru;
  • Rendah emisi karbon, mengurangi penggunaan sumber daya alam, dan mengurangi peningkatan limbah dan polusi;
  • Berkontribusi dalam tujuan sosial secara lebih luas. Biasanya dapat dilakukan lewat kegiatan CSR/Corporate Social Responsibility

Green Economy Solusi Hutan Indonesia

Peranan green economy dalam melestarikan hutan di Indonesia agaknya tidak bisa dianggap remeh

#UntukmuBumiku hutan sebagai solusi pengurangan polusi udara 

Green economy mempunyai peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global yang berwawasan lingkungan. Pentingnya green economy itu pada akhirnya dijabarkan lebih konkret dalam beberapa isu turunan terkait dengan aspek environmental, social, and governance (ESG).

Sidoarjo sendiri dengan ribuan industri selayaknya menjalankan skema Green Economy demi memelihara keseimbangan lingkungan hidup. Tak dipungkiri banyak perusahaan besar yang bergerak dibidang Pupl kertas juga berlokasi di Sidoarjo sendiri, tonggak serat kertas bersumber dari hutan. Yang mana hutan merupakan aktor utama dalam menjaga kestabilan lingkungan hidup ini. Hal ini bisa menjadi contoh dan koreksi besar bahwa pengelolaan, pengoperasian perusahaan dapat berjalan menggunakan skema green economy pada perusahaan yang bergerak di sektor serat kertas.

Sudah kita ketahui hutan merupakan Aktor Utama dalam mengurangi polusi udara dengan fungsi utamanya adalah untuk menetralisr udara dan menyerap berbagai macam polutan yang ada di udara. Karena pada dasarnya pohon akan menyerap gas karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang diperlukan manusia. Fungsu lain dari hutan itu sendiri salah satunya sebagai berikut :

  1. Penyedia air, dalam isu perubahan iklim umumnya efek paling bisa dilihat adalah krisis air sehingga solusi hutan bagi perubahan iklim bisa dikatakan sebagai pemasok utama kebutuhan air di bumi
  2. Menghasilkan Oksigen dan menyerap karbon dioksida, dalam isu perubahan iklim tentu kebutuhan oksigen semakin menipis dan disambut dengan banyaknya karbondioksida pada udara. Fungsi utama hutan adalah menyerap kelebihan karbondioksida dan menghasilkan oksigen baru yang lebih bersih dan sehat.
  3. Mendinginkan suhu dan iklim lokal. Banyak dari kita yang merasakan jika banyak tumbuhan hijau yang rindang pasti dibarengi dengan perbaikan suhu udara dan iklim yang semakin baik pula. Hal ini berhubungan dengan peran pohon sangat berpengaruh pada kelembaban dan penyerapan polusi udara.
  4. Penyubur tanah. 
  5. Sumber kesehatan dan pangan manusia. Sudah dapat dipastikan bahwa hutan sendiri memiliki peran dalam keseharian kita, meskipun tidak melulu tentang isu perubahan iklim, peranan hutan bagi manusia sangat penting salah satunya menjadi pemasok pangan dan sumber kesehatan melalui obat-obatan dan pangan alami masyarakat. Seperti penghasil buah, sayuran, tanaman hias, bumbu dan tanaman obat.

#UntukmuBumiku #TeamUpForImpact Regulasi Green Economy

Meskipun bukan satu-satunya cara, membangun intensitas terhadap perkembangan perekonomian Kabupaten Sidoarjo melalui Green Economy agaknya bisa dilakukan. Karena tidak dipungkiri, meskipun tidak memiliki hutan namun banyak perusahaan di Kabupaten Sidoarjo yang beroperasi pada bidang penerbitan dan percetakan. 

Landasan Hukum Green Economy

  • Perpres Nomor 98 Tahun 2021
  • Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
  • Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
  • Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

Jangan Terbuang Percuma

Apapun Kegiatannya, Kolaborasi Solusinya

#MudaMudiBumi harus paham kegiatan ini, inisiasi melindungi bumi #UntukmuBumiku sebagai langkah cerdas #TeamUpForImpact

Agar pembangunan dapat berlangsung tanpa merusak dan menurunkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam itu sendiri, maka diperlukan strategi untuk mengoptimalkan green economy untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Salah satunya adalah merencanakan target green economy Indonesia dari tingkatan  regional, sektoral, mikro, dan makro. Bukan hanya merencanakan aksi nasional untuk mengurangi gas rumah kaca tetapi perlu juga merencanakan pada tingkat regional, misalnya melakukan kolaborasi dengan masyarakat dengan mengembangkan perubahan perilaku.

Mengembangkan perubahan perilaku masyarakat terhadap green economy. Edukasi kepada masyarakat berfungsi untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang green economy karena akan membantu perubahan perilaku masyarakat. Supaya pendidikan berhasil dapat dilakukan secara jangka panjang,  mencakup pendidikan informal dan formal, pengenalan budaya dan nilai setempat, dilaksanakan secara sistemik, terstruktur, serta menjamin efektivitas serta tujuannya.

Peran manusia dalam perubahan iklim adalah dengan berkontribusi pada gas yang terbuang ke udara dan terkumpul di lapisan langit bumi. Gas ini mengakibatkan bumi mengalami efek rumah kaca, sehingga disebut pula sebagai gas rumah kaca. Terjadinya efek rumah kaca berarti udara panas yang ada di bumi tidak mampu untuk keluar. Sehingga suhu bumi terakumulasi dan terus meningkat.

Meskipun rencana besar melalui skema Green Economy sudah dilakukan oleh para pemangku kepentingan (Stakeholder) tetap saja rencana jangka pendek harus dilakukan oleh masyarakat kita juga. Salah satunya yaitu mencanangkan gerakan pengurangan asap kendaraan bermotor, mengurangi asap rokok dan mengurangi kegiatan domestik yang bisa menimbulkan polusi udara.

Untuk sementara aksi nyata yang bisa kita lakukan adalah dengan mengurangi kegiatan sendiri. Bisa dengan melatih hidup sehat dengan cara sering berjalan kaki, mengurangi kegiatan yang berkenaan dengan asap kendaraan, mengurangi penggunaan mesin yang ramah lingkungan salah satunya penggunaan motor listrik. 

Selain karena kenaikan harga BBM yang kian melambung tinggi, nampaknya msyarakat lebih bisa melirik motor listrik karena alasan ramah lingkungan. Ini adalah bentuk ikhtiar kita dalam mengurangi polusi udara jangka pendek. Meskipun demikian perlu dipertimbangkan karena apapun gerakan yang kita lakukan bisa berpengaruh sekecil apapun untuk bumi. 

Konsep green economy bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengharmonisasikan kesejahteraan masyarakat, dengan kelestarian SDA agar pembangunan ekonomi terus berkelanjutan.

Melihat pentingnya menjaga kelangsungan lingkungan hidup untuk kesejahteraan umat manusia, baik untuk generasi sekarang maupun generasi berikutnya, kegiatan ekonomi yang memproduksi barang dan membuka lapangan kerja tidak boleh mengganggu kelestarian alam.

Kegiatan produksi di sektor ekonomi sedapat mungkin menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan, mampu mencegah kerusakan ekosistem, dan mengurangi emisi karbon. Untuk itulah, green economy diperlukan dalam rangka mendukung kesejahteraan manusia maupun kulitas hidup yang lebih baik.

Kita berharap visi pembangunan nasional ke depan harus berbasis green economy, untuk menjaga keseimbangan, antara meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian alam. Kita berharap pembangunan ekonomi makro yang dijalankan pemerintah sudah mengadopsi prinsip-prinsip green economy dalam implementasi di lapangan.