4486096 copy
Dliyaun najihah

APRIL2030 : APRIL Group Untuk

Green Economy Sustanability

Siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas terjadinya perubahan iklim? Sebelum terjawab begini saya jelaskan konsepnya. Manusia memiliki kecenderungan beradaptasi dan berkembang secara biologis dan sosiologis dengan baik. Seperti yang kita ketahui, pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol ini sebenarnya menjadi akar masalah dengan memunculkan masalah baru seperti kebutuhan pangan dan papan yang semakin meningkat.

Revolusi Industri sekitar 1750-1850 menjadi babak awal bagaimana bengisnya manajemen operasional sebuah pabrik yang secara aktif mengeluarkan polusi yang berakibat pada ekosistem di lingkungan sekitar. Setelah rentang waktu yang tak cukup lama lahirlah Brown Economy yang ditandai dengan beberapa inovasi dan penemuan-penemuan besar teknologi terbarukan. Yang dimana fokus langkah mereka hanya sekitar economic growth dan prosperity sehingga aspek lingkungan luput dari perhatian.

Pernah dengar UNFCCC atau yang kita kenal dengan Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa? Sebelum beralih sampai ke UNFCCC mari saya ajak flashback bagaimana perjalanan panjangnya menuju Green Economy ini. Tahun 1997 tepat disahkan Kyoto Protocol di lingkungan PBB yang berisi tentang persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990.

Namun, persetujuan ini gagal dalam upaya mengurangi GHG Emission untuk bumi per 31 Desember 2020 lalu lalu diganti dengan Paris Agreement tahun 2016 yang merupakan versi terbaru dari Kyoto Protocol. Salah satu isi Paris Agreement yaitu: “Menahan laju peningkatan temperatur global hingga cukup di bawah 2 derajat celsius dari angka sebelum masa Revolusi Industri”.

Tahun 2000 lahir konsep Green Economy dan Blue Economy yang mana fokus pemikiran mereka sudah mulai memperhatikan aspek lingkungan sebagai salah satu hal penting dalam pembangunan untuk mencapai Welfare State. Konsep ini juga bersanding dengan 2 kelahiran konsep pembangunan MDGs tahun 2000-2015 dan SDGs tahun 2015-2030 yang akan kita bahas ini. Karena SDGs sangat erat kaitannya dengan Green Economy pada 1 dekade ini. 

Perbedaan Green Economy dengan Blue Economy terlihat pada arah pemikirannya saja jika Green Economy lebih mementingkan pencapaian pembangunan berkelanjutan tanpa mengancam lingkungan dengan memperhatikan aspek carrying, capacity dan ekologi. Maka Blue Economy fokus meningkatkan pandangan yang lebih bertujuan pada pengoptimalan SDA berbasis lokal dan kemandirian.

Green Economy Strategi Wujudkan SDGs

Green economy merupakan gagasan perekonomian yang rendah atau bahkan tidak menghasilkan emisi karbon dari kegiatan bisnis, yang dapat merusak atau membahayakan lingkungan, serta melakukan penghematan dan efisiensi sumber daya alam. Hal ini juga sejalan dengan poin-poin SDGs yang menjalankan misi green economy sebagai ekonomi yang berkelanjutan pada masyarakat dengan mengkonsumsi semua sumber daya yang terbarukan secara alami dan tanpa mengandung emisi karbon.

Indikatornya yaitu teknologi besih, peningkatan infrastuktur air tawar, peningkatan energi berkelanjutan, transportasi rendah karbon dengan desain hemat energi, teknologi bersih pengelolaan limbah, sektor pertanian dan kehutanan berkelanjutan, perubahan kebijakan nasional sektor investasi yang didukung dengan pengembangan kebijakan internasional dan infrastruktur pasar. 

APRIL Group dan SDGs

Pertanyaan selanjutnya, siapa stakeholder yang bertanggungjawab atas berjalan dan terciptanya keberlangsungan Green Economy ini? Jika diamati dari beberapa stakeholder yang masuk fokus SDGs maka pemerintah, akademisi dan sektor swasta pun masuk dalam kapal Pembangunan Berkelanjutan ini. Tak terkecuali dengan APRIL Group sebagai sektor swasta yang memiliki dan ikut andil dalam pembangunan Green Economy di Indonesia.

Sebagai aktor swasta yang beroperasi sebagai perusahaan Pulp Kertas dan produksi kertas skala besar di Indonesia ini APRIL Group memiliki pengaruh besar dan berkelanjutan pada perubahan iklim di Indonesia. Hal ini sejalan dengan regulasi pembangunan perusahaan yang diterapkan APRIL Group dalam Sustainable Forest Management Policy yang mana menjelaskan bahwa dalam manajemen operasionalnya mereka tetap mengutamakan impact positif untuk lingkungan dan masyarakat. Tentunya kegiatan ini sudah berjalan lewat beberapa program Corporate Social Responsibility (CSR) mereka dengan nama APRIL2030.

APRIL2030 memiliki kontribusi yang sangat baik dalam menjalankan program Green Economy ini. APRIL2030 memiliki banyak program dan proyek penting dari perwujudan poin SDGs seperti pada point ke 6, 7, 12, 13, 15 dan 17. Berikut komitmen APRIL2030 dalam membangun keberlanjutan sesuai poin penting SDGs :

Hal ini menjadikan APRIL Group sebagai perusahaan yang melek dan sadar akan tanggungjawab sosial yang mereka bangun untuk keberlanjutan mealui manajemen, operasional dan teknologi terhadap keberlangsungan lingkungan dan masyarakat dalam menciptakan Green Economy sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan SDGs hingga tahun 2030 nanti melalui APRIL2030.

Nih buat jajan
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.