Forest Healing : Dengar Alam Bernyanyi

Sebuah lagu nestapa dari hutan Indonesia kepada bangsa. Dibawakan oleh Laleilmanino, Chicco Jericko, HIVI! & Sheila Dara Aisha Lyrics untuk kita generasi muda agar senantiasa cinta alam Indonesia

Dengar Alam Bernyanyi

Dengar Alam Beryanyi  merupakan single terbaru dari Laleilmanino yang kita kenal sebagai Lale (gitaris Maliq & D’Essentials), Ilman Ibrahim (kibordis Maliq & D’Essentials) dan Anindyo Baskoro alias Nino (vokalis RAN) yang dirilis bertepatan pada Hari Bumi Sedunia yang jatuh pada 22 April 2022. Lagu ini juga terpilih menjadi lagu tema resmi (official theme song) untuk event Y20. Sebagai bagian dari event G20 yang tahun ini dituanrumahi oleh Indonesia, Y20 merupakan wadah dialog pemuda negara G20 untuk memberikan solusi bagi permasalahan dunia terutama respons atas kondisi perubahan iklim.

Dengar Alam Bernyanyi

Laleilmanino, HIVI! & Sheila Dara Aisha Lyrics

Bila kau ada waktu lihat aku disini
Hijau biru di bumi
Merintih ingin kau kembali
Beri cintamu lagi

Bila kau jaga aku ku jaga kau kembali
Berhentilah mengeluh ingat kau yang pegang kendali
Kau yang mampu obati
Sudikah kau kembali

Dengarkanlah
Bisik mesra
Alam bernyanyi
Bawa canda dan riang tawa
Untuk dunia

Gunakan telinga hati
Cobalah dengar nyanyian kami
Bayangkanlah hidupmu
Bila tak ada kami

Dengarkanlah
Bisik mesra
Alam bernyanyi
Bawa canda dan riang tawa
Untuk dunia

Gunakan telinga hati
Cobalah dengar nyanyian kami
Bayangkanlah hidupmu
Bila tak ada kami

Biru yang menjingga
Dunia… Dengarlah alammu bernada
Dengar alam bernyanyi
Oo dunia
Dengar alam bernyanyi
Jangan kau tunggu nanti
Dengar alam bernyanyi
Dengarkanlah
Dengar alam bernyanyi
Dengar kami bernyanyi

Dengar Lagunya, Berdonasilah Kita

Dilihat dari lirik lagunya, lagu ini diciptakan sebagai pengingat bahwa kita juga harus mendengarkan sabda alam mulai hari ini. Dengan arti lain lagu ini membentuk sebuah seruan kepada generasi muda bergerak bersama untuk menjaga hutan demi mencegah dampak perubahan iklim yang semakin parah.

Selama ini yang kita ketahui bentuk emosi hutan terhadap kita sebagai manusia adalah dengan mendengar dan melihat saja. Mereka juga merespon kehidupan dan kegiatan kita terhadap mereka dengan cara memberikan feedback yang kita dapatkan selama ini loh.  untuk kali ini alam juga bisa berbicara seperti kita namun dengan cara yang berbeda.

Mari, dengar kembali nyanyian alam agar kita semakin mengenal dan bijaksana kepada alam. Apa sih yang ingin di sampaikan alam kepada kita? Apakah hanya sekedar Bila kau jaga aku, ku jaga kau kembali

Menurut saya semua kendali berkunci dan tertumpu pada kita sebagai manusia berakal. Bukankah kita juga cinta jika menjadi bagian dari penikmat asrinya hutan? Atau jangan-jangan kita juga memiliki impian yang sama untuk menghijaukan perkotaan? Yuk, bawa semua hal yang bisa kita sampaikan kepada dunia bahwa kita juga berkontribusi dalam melestarikan hutan Indonesia. 

Salah satu cara kontribusi kita adalah dengan berdonasi, tidak perlu menunggu kaya untuk berdonasi, kita bisa melakukannya hanya dengan mendengarkan lagu ini. Karena sebagian royalti akan disumbangkan untuk konservasi dan restorasi hutan adat di Kalimantan.

Yakin gak mau berdonasi dengan cara mudah ini? Yuk ajak teman-teman, kerabat, saudara atau famili lainnya bergabung mendengarkan lagu ini. Kabarkan juga lewat lagu ini kita sudah bisa berdonasi dengan mudah. 

Enyahkan Selimut Polusi

Sadar gak sadar, selama hidup di Surabaya versi Lite ini saya banyak menyimpulkan dampak polusi kota Surabaya di kota saya loh. Cuaca Sidoarjo pun tak baik-baik saja, sebelas-dua belas dengan Surabaya yang akrab dengan angka sekitar 32 °C atau lebih sedikit. Tak heran jika Sidoarjo terdampak polusi dan terik Surabaya karena memang berdampingan dan berkontribusi secara langsung dengan Surabaya.

Laporan terbaru Kualitas Udara Dunia IQAir 2021 menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat PERTAMA sebagai negara paling berpolusi di Asia Tenggara. Sedangkan peringkat dunia Indonesia menduduki peringkat KEDUA. Miris ya? Ya, mau bagaimana lagi kita juga juga secara tidak langsung berkontribusi terhadap segala perubahan cuaca, udara dan iklim Indonesia saat ini.  

Hal utama yang mempengaruhi kualitas udara di Indonesia adalah Pembakaran Hutan Terbuka. Sebagian besar htan Indonesia sudah dialihfungsikan sebagai penanaman tanaman komesial seperti sawit. Tidak mengherankan jika Indonesia masuk salah satu supplyer sawit terbesar di dunia saat ini. 

Akibat dari Pembakaran Hutan Terbuka ini banyak terjadi kebakaran hutan yang berdampak pada kawasan sekitar. Hal ini berdampak pada polusi di Indonesia khususnya kota-kota besar. Selain itu juga bisa mengancam masalah kesehatan manusia jangka pendek dan jangka panjang kedepannya.

FYI, ini ada beberapa daftar kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia dikuasai oleh kota-kota besar dan produktif seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Palembang dan Makassar.

0 µg/m³

Jakarta - DKI Jakarta

0 µg/m³

Surabaya - Jawa Timur

0 µg/m³

Palembang - Sumatera Selatan

0 µg/m³

Bandung - Jawa Barat

0 µg/m³

Makassar - Sulawesi Selatan

0 µg/m³

Semarang - Jawa Tengah

#UntukmuBumiku #IndonesiaBikinBangga #TeamUpforImpact #DengarAlamBernyanyi #HutanKitaSultan

Wajah Hutan Indonesia

Jenis-Jenis Hutan Yang Ada Di Indonesia

*Klik gambar untuk deskripsi lengkapnya

Ada sekitar 69 jenis hutan yang ada di Indonesia, tapi hanya beberapa saja yang akan saya paparkan di sini. Setidaknya sudah mencakup semua tipe hutan dari 69 hutan yang ada di Indonesia. 

Hutan Hujan Tropis

39.549.447 ha

Hutan Bakau

3 juta ha

Hutan Produksi

72 juta ha

Hutan Rawa

103 juta ha

Hutan Lindung

29,7 juta ha

Indonesia mengalokasikan 120 juta hektare atau 64% dari luas daratannya sebagai Kawasan Hutan. Sedangkan sebagian besar daratan sisanya berupa Bukan Kawasan Hutan, yang dikenal sebagai Areal Penggunaan Lain (APL).

Hutan Indonesia merupakan tiga besar tutupan hutan terluas di dunia dengan luas mencapai 142 juta hektare (ha) di tahun 2020. Sementara hutan terluas di dunia berada di hutan Amazon (468 juta ha) kemudian Cekungan Kongo (188 juta ha). Ini merupakan satu prestasi membanggakan mengingat hutan merupakan salah satu pendukung yang sangat penting bagi keseimbangan alam.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapatkan sorotan dan perhatian lebih dari negara lain karena predikat Paru-Paru Dunia pada hutan tropisnya. Selain itu Indonesia juga menjadi salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia, dengan keunggulan hutan tropis di Indonesia menyimpan banyak potensi energi mikrobiologi yang sangat diperlukan dunia.

Fakta Menarik Tentang Hutan di indonesia

Kekayaan sumber daya alam Indonesia memang terkenal luar biasa membuat Indonesia menjadi salah satu Negara paling beruntung di dunia. Salah satu keberuntungan itu adalah luasnya hamparan hijau hutan tropis dan hutan hujan (Rain Forest), yang mayoritas terdapat di pulau Kalimantan dan papua. 

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, serta di antara dua samudra, Samudera Pasifk dan Samudera Hindia. Secara biogeografis, tingginya keanekaragaman hayati Indonesia dapat dijelaskan dengan fakta bahwa negara ini terbagi oleh Garis Wallace, Garis Weber dan Garis Lydekker. Ketiga garis imajiner yang digambarkan (di beberapa tempat) sebagai pemisah (biogeograf) antara wilayah Asia dan Australia.

Karena lokasi geografis ini, Indonesia memiliki potensi keanekaragam hayati yang tinggi dengan tingkat endemisitas yang tinggi pula. Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI) Indonesia menjadi negara mega biodiversity terbesar ketiga setelah Brasil dan Kongo dengan luas daratan sekitar 82juta hektar yang masih tertutup hutan.

Indonesia memiliki 13 tipe ekosistem daratan dan 6 tipe ekosistem perairan (termasuk ekosistem perairan darat dan ekosistem perairan laut). Sembilan belas tipe ekosistem tersebut kemudian terbagi menjadi 74 tipe vegetasi

Fakta Dalam Angka

Mengacu pada Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2015-2020 Indonesia tercatat memiliki sekitar 

0 Jenis

Burung

0 Jenis

Ikan Air Tawar

0 Jenis

Reptil

0 Jenis

Invertebrata

0 Jenis

Amphibi

0 Jenis

Arthropoda (termasuk jenis- arachnida)

0 Jenis

Mamalia

0 Jenis

Serangga

Sedangkan dalam dunia flora Indonesia memiliki setidaknya

0 Jenis

Tumbuhan Berspora

0 Jenis

Tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae)

± 0 Jenis

Tumbuhan berbunga (angiospermae)

Selain data diatas Indonesia juga memiliki beberapa satwa liar yang tidak dimiliki negara lain meliputi harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), gajah Sumatra (Elephas maximus sumatrensis), badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), orangutan Sumatra (Pongo  abelii), Anoa (Bubalus quarlesi) di Sulawesi, Komodo (Varanus komodoensis) di Nusa Tenggara Timur dan Cendrawasih (Paradisaea  apoda) di Papua. Spesies fauna tersebut tidak hanya merupakan lambang keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga sangat dicintai, baik di Indonesia maupun global.

Lalu, menilik lagi fakta menarik hutan dari segi sosial dan budaya adalah munculnya kampanye baru therapi alam berbasis hutan yang sekarang kita sebut sebagai Forest Healing

Mandi Hutan untuk menikmati suara, aroma dan pemandangan hutan

Forest Healing

Anak muda pasti tidak asing dengan aktifitas champ, jalan-jalan ke alam, hutan dan lainnya. Ini menjadi hal yang lumrah terjadi dimasyarakat kita, sesekali kita perlu mendengarkan alam barang sejenak, menikmati keindahan ciptaan Allah yang sangat sempurna ini. Karena kegiatan ini dinilai ampuh untuk mengusir kejenuhan sekaligus meningkatkan kesehatan jiwa dan mental kita dengan aktifitas sehari-hari.

Ada bacaan menarik di sini mengutip perkataan Adjie Santosoputro yang isinya kurang lebih begini kata hutan dalam bahasa Inggris yakni forest tapi kalau diartikan lebih dalam kata itu menjadi for-rest (untuk beristirahat) maka hutan jadi tempat mereflesikan diri kita sebagai manusia. Tak jarang anak muda jaman sekarang lebih bisa membuat penyelesaian masalah pribadinya dengan cara menikmati keindahan alam dengan cara naik gunung dan mulai menikmati keindahan hutan. Memang benar forest itu for-rest yang berujung menjadi Forest Healing.

Baru-baru ini ada istilah Forest Healing yang dimaksudkan sebagai tempat wisata healing. Berangkat dari meningkatkannya aktivitas manusia dan juga akibat pandemi COVID 19,  kegiatan Forest Healing atau terapi di hutan mulai mendapat perhatian masyarakat terutama masyarakat perkotaan.

Ide ini dicetuskan pertama kali pada podcast Bincang Hutan pada episode yang ditayangkan bersama Eun Jeong Lee dari Korea Forest Welfare Institute, Seconded Scientist CIFOR-ICRAF, Mi Hyun Seol, dan Purnomo Sumardamto dari Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Bagaimana? Tepat sekali bukan Forest Healing ini hadir ditengah-tengah kita saat ini? Sebagai individu yang terkadang butuh recharge dan refresh otak dari kejenuhan aktifias sehari-hari dan mulai menikmati keindahan alam terutama hutan yang terbentang luas sepanjang Indonesia ini. 

Berkenalan dengan Forest healing, pertama kali muncul di Korea Selatan tahun 2010 dengan total kunjungan sekitar 2 juta jiwa sejauh ini. Jumlah pengunjung ke pusat Forest Healing telah meningkat pesat dari waktu ke waktu tercatat mencapai 76.000 pengunjung pada tahun 2010, 1,15 juta pengunjung pada tahun 2014 dan 2,27 juta pengunjung 2019. Namun, Forest Healing di Korea Selatan ini bukan murni healing di hutan (seperti di Indonesia) melainkan hanya sekedar healing di Hutan Kota.

Forest healing ini lebih bisa dimaknai dengan aktivitas yang dilakukan oleh manusia atau sekelompok orang untuk meningkatkan imunitas tubuh secara mental dengan memanfaatkan berbagai elemen yang ada pada hutan untuk menyembuhkan termasuk dapat memulihkan stress. Konsep forest healing ini memanfaatkan interaksi manusia dengan alam dan membiarkan panca indera manusia terhubung dengan ekosistem sekitar.

Faktanya, peminat foret healing ini biasanya berasal dari masyarakat Urban/Perkotaan. Biasanya didominasi oleh pekerja dan manusia yang memiliki produktifitas tinggi di kota. Mengapa forest healing ini menarik perhatian mereka? Karena kecenderungan interaksi masyarakat urban hanya seputar perkotaan dan lingkungan absolut padat masyarakat kota. 

Penjelasannya begini, ada beberapa hal mendasar yang membuat masyarakat urban memilih untuk Forest Healing adalah Urbanisasi, kemajuan teknologi, keramaian dan kehidupan yang serba cepat. Selain itu faktor psikologi, fisiologis, sosiologis dan lainnya juga berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat urban. 

Seperti gaya hidup orang yang tinggal di kota telah terbukti menghasilkan emosi negatif seperti depresi, rasa sakit dan kecemasan (anxiety). Hal ini menjadi dasar perlunya penduduk perkotaan untuk Forest Healing. Bahwa berinteraksi dengan alam membantu mengurangi stres serta meningkatkan fungsi fisiologis manusia.

Fakta lain tentang Forest Healing adalah metode ini disebut mampu meningkatkan fungsi fisiologis dan psikologis bagi penderita penyakit kronis. Studi terbaru menunjukkan bahwa Forest Healing dapat menurunkan depresi dan kecemasan, mengurangi tekanan darah dengan menstabilkan sistem saraf otonom pada lansia penderita demensia. 

Efek lain pada wanita paruh baya penderita sindrom metabolik ditemukannya memiliki efek positif pada respons insulin, denyut nadi, penanda stres oksidatif dan tingkat hormon stres. Pada penderita kanker, efek Forest Healing lebih menekan pada perbaikan kualitas tidur, pereda kecemasan, depresi dan penurunan stress.  

Forest Healing di Indonesia letaknya di Hutan Pendidikan Wanagama yang berlokasi di Playen Gunung Kidul. Wanagama Forest Healing ini adalah wadah kolaborasi  antara Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM dengan Fakultas Kehutanan UGM.

Kolaborasi ini termasuk dalam program Health Tourism yang disediakan oleh Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Layanan Health Tourism di RS Akademik UGM meliputi Medical Tourism dan Wellness Tourism. Yang mana dimaksudkan sebagai layanan medis yang disinergikan untuk mencakup perawatan preventif kesehatan dengan bentuk perjalanan rehabilitasi dan kuratif. 

Wanagama Forest Healing ini adalah wisata sekaligus terapi untuk meningkatkan kesehatan dengan konsep merasakan atmosfer hutan dan alam yang tersedia di Hutan Wanagama serta menikmati berbagai panganan khas Gunungkidul. Fokus kegiatannya adalah mengoptimalkan manfaat hutan dan memfasilitasi masyarakat atau pengunjung untuk menghirup udara segar dari hutan.

Selain walking to the jungle/jalan santai ada beberapa kegiatan seputar hobi yang bisa dilakukan di Wanagama Forest Healing ini salah satunya adalah touring sepeda motor, cycling, dan trail run di antara pepohonan

Skenario Hutan Indonesia

Ada beberapa skenario tentang hutan di Indonesia ini, namun yang saya soroti adalah skenario buruk hutan di Indonesia

Ancaman dan Mimpi Buruk Hutan Indonesia

Meski memiliki potensi yang besarseperti potensi wisata Forest Healing, keberadaan hutan Indonesia masih terancam dari deforestasi, degradasi, ilegal loging, penumpukan sampah  dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). 

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia pada tahun 2019 tidak sebesar kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan luasan yang signifikan kembali terjadi pada tahun 2007, 2012 dan 2015. Fenomena ini telah menyebabkan polusi asap lintas batas di kawasan ASEAN dan menjadi salah satu pusat perhatian dunia.

Belum lagi kasus lahan gambut yang sangat rentan terhadap kerusakan hutan gambut. Kerusakan gambut dapat berupa penurunan permukaan tanah, atau karhutla yang dipicu oleh pembukaan dan pengeringan lahan gambut akibat pembangunan kanal (kanalisasi gambut). Jika tidak dikelolah secara baik maka akan berakibat sangat berbahaya bagi masyarakat. 

Dengan rincian Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia. Adapun luas total ekosistem gambut Indonesia mencapai 24,67 juta hektare, yang terdiri dari sekitar 9,60 juta hektare di Sumatra; 8,40 juta hektare di Kalimantan; 63,29 ribu hektare di Sulawesi; dan 6,59 juta hektare di Papua.

Ekosistem gambut memiliki kemampuannya menahan air yang berperan sebagai zona penyangga hidrologis bagi wilayah sekitarnya. Juga dapat menyimpan karbon secara efektif, sehingga dapat mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca di atmosfr secara signifkan.

Penyebab Kerusakan Hutan

Kerusakan hutan ini bisa disebabkan karena proses alam secara alami maupun karena ulah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling leluasa untuk melakukan berbagai macam aktivitas di atas Bumi ini terkadang tidak sadar telah merusak hutan.  Berikut ini merupakan penyebab kerusakan hutan yang berupa proses alam maupun aktivitas manusia:

Deforestasi

Penghilangan wilayah hutan untuk kepentingan tertentu yang tidak berkaitan dengan fungsi hutan.  Bukan tanpa alasan, setidaknya inilah salah satu alasan dilakukan yaitu pembukaan lahan baru untuk bercocok tanam maupun untuk pemukiman dan industri.

Ilegal Loging

Penebangan pohon pada suatu kawasan hutan yang dilakukan secara liar tanpa mempertimbangkan dampak kerusakan hutan bagi lingkungan.

Kebakaran Hutan

Kebanyakan dari peristiwa kebakaran hutan terjadi karena kesengajaan manusia. Beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab sengaja membakar hutan untuk dijadikan lahan perkebunan, pemukiman, peternakan dan lainnya.

Serangan Hama dan Penyakit

Jumlah populasi hama yang meledak juga bisa menjadi salah satu penyebab kerusakan hutan. Hama-hama tersebut menyerang dan menimbulkan kerusakan pada populasi pohon yang hidup di suatu area hutan.

Menilik secara ringkas dampak atau efek negatif dari kerusakan hutan dan ancaman bagi kehidupan di Indonesia

Perubahan Iklim

Deforestasi berdampak pada pertukaran uap air dan karbon dioksida yang terjadi antara atmosfer dan permukaan tanah yang berkaitan dengan terjadinya perubahan iklim. Perubahan konsentrasi udara di lapisan atmosfer akan memiliki efek langsung terhadap iklim dunia.

Terganggunya Siklus Air

Pohon memiliki peranan yang penting dalam siklus air yaitu menyerap curah hujan serta menghasilkan uap air yang nantinya akan dilepaskan ke atmosfer. Semakin sedikit jumlah pohon yang ada di bumi, maka kandungan air di udara yang nantinya akan dikembalikan ke tanah dalam bentuk hujan juga sedikit.

Mempengaruhi Kegiatan Perekonomian Masyarakat

Jika hutan rusak, maka sumber penghasilan, pangan, dan obat-obatan mereka pun akan terganggu. Kerusakan hutan bisa menyebabkan tanah menjadi tandus, sehingga akan sulit dipergunakan untuk bercocok tanam. Akibat kerusakan hutan bisa memicu terjadinya berbagai macam bencana yang bisa menimbulkan banyaknya masyarakat yang kehilangan lahan, tempat tinggal, maupun anggota keluarga akibat bencana seperti banjir dan tanah longsor.

Kepunahan

Deforestasi menyebabkan habitat bermacam spesies hewan dan tumbuhan yang tinggal di dalam hutan rusak dan lenyap. Kerusakan hutan mengakibatkan ketidakberdayaan hewan dan tumbuhan dalam bertahan hidup di habitat aslinya. Jika hal ini terus terjadi maka ekosistem hutan akan perlahan mati dan menyebabkan kepunahan massal.

Bencana Alam

Mulai banyak bermunculan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, hujan es. Hal ini karena hutan-hutan yang biasanya berada di sekitar sungai kini sudah mulai hilang. Sebagai akibatnya, sungai pun menjadi dangkal dan daerah resapan air berkurang.

Kekeringan

Kekeringan adalah dampak kerusakan hutan yang perlu kita waspadai pada musim kemarau karena cadangan air yang tidak cukup di musim penghujan. Hal ini disebabkan karena pohon yang bertindak sebagai tempat penyimpan cadangan air tanah berkurang secara signifikan akibat deforestasi.

Abrasi Pesisir

Eksploitasi hutan secara liar yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab tidak hanya terjadi di kawasan hutan yang pegunungan saja. Kegiatan tersebut juga bisa dilakukan terhadap hutan-hutan mangrove yang berfungsi untuk melindungi pantai dari terjangan gelombang dan badai yang berada di pesisir pantai. Jika kondisi tersebut terus dibiarkan akan berakibat terjadinya abrasi pantai dan mengancam kehidupan masyarakat pesisir.

Mempegaruhi Kualitas Hidup Masyarakat Sekitar Hutan

Terjadinya erosi tanah sebagai akibat kerusakan hutan dapat mengangkut partikel-partikel tanah yang mengandung zat-zat berbahaya seperti pupuk organik memasuki danau, sungai, maupun sumber air lainnya. Ini akan berakibat penurunan kualitas air yang berada di daerah tersebut. Dengan kualitas air yang buruk akan berdampak pada tingkat kesehatan yang buruk pula.

Masa Depan Hutan Indonesia

Berdasarkan data yang telah di informasikan luas hutan Indonesia pada tahun 2018 sekitar 120,9 hektar. Apabila deforestasi dapat dikurangi, reboisasi dan penghijauan terus dilaksanakan secara intensif maka diperkirakan luas hutan di Indonesia pada tahun 2045 akan bertambah sebanyak 16,15 juta hektar. Namun, jika pengelelolaan hutan yang tidak benar pada akhirnya akan berakhibat pada perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati/ punahnya flora dan fauna yang dimiliki, timbul banyak deforestasi dan degradasi lahan dan cuaca yang ekstrem. 

Sedangkan hutan memiliki peran penting dalam mempertahankan sistem daya dukung lingkungan dengan cara mengatur suplai air; mencegah banjir; mengendalikan erosi; mencegah intrusi air laut; mempertahankan kesuburan tanah; menyediakan suplai makanan dan energi yang memadai untuk kehidupan manusia; dan memelihara plasma nutfah (sumber daya genetik seperti bibit atau jaringan yang dipertahankan untuk tujuan pengembangbiakan satwa dan tumbuhan, pengawetan, dan penelitian).

Skenario Buruk : Hidup Tanpa Hutan

Hutan memiliki peran yang sangat besar dan penting bagi tatanan kehidupan manusia di muka bumi ini. Bukan hanya manusia, hutan juga memiliki andil terhadap kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan. Karena hal ini hutan menjadi penentu kelangsungan hidup dunia kedepannya. 

Jika banyak hutan yang gundul maka secara otomatis akan membuat lapisan ozon semakin menipis, lapisan ozon ini berfungsi sebagai pelindungi bumi dari sinar Ultraviolet atau sinar matahari secara langsung. Fungsi hutan pada lapisan ozon bisa dianalogikan sebagai penyedia pohon yang berfungsi sebagai penetralisir udara yang ada di Bumi. Ketika hutan- hutan digunduli maka proses penetralisasi udara akan sulit dilakukan. Produksi karbon akan sulit dikendalikan, hal itu akan menyebabkan cepatnya proses penipisan lapisan ozon.

Selain itu, berkurangnya pohon di hutan juga berpengaruh pada polusi udara yang ada di bumi. Dengan berkurangnya pohon maka bumi tidak ada persediaan oksigen yang cukup untuk menganggulangi polusi di udara. Akibatnya lapisan ozon di bumi semakin menipis dan mempengaruhi kualitas kesehatan manusia di bumi salah satunya adalah pemanasan global.

Hutan juga adalah pelindung bumi dari pemanasan global yang diakibatkan oleh sinar matahari. Sedangkan pemanasan global sendiri memiliki dampak buruk bagi manusia salah satunya adalah menimbulkan kabut asap yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan berpotensi kematian akibat dari meningkatnya suhu bumi, krisis air bersih karena sumber-sumber air sudah tercemar, naiknya permukaan air laut yang membuat pulau-pulau kecil tenggelam dan lainnya.

Bayangkan jika kita hidup tanpa hutan, maka semua mimpi buruk hutan Indonesia akan terjadi dalam waktu dekat, cepat atau lambat. Belum lagi potensi Forest Healing di Indonesia akan semakin berkurang, padahal keberadaan forest healing juga berpengaruh sangat penting bagi masyarakat urban dengan segala kondisinya. 

Daya serap polusi sudah semakin berkurang, suhu bumi semakin panas, sumber air tercemar, flora dan fauna sebagai penduduk asli hutan absen di rumah sendiri sudah bisa menjadi penilaian bahwa hutan kita sudah tidak layak menjadi Forest Healing dengan pemandangan alam yang asri dan menenangkan di masa depan. 

Biarkan Alam Tetap Bernyanyi

Upaya Pemeliharaan Hutan

Berangkat dari birokrasi kita sendiri. Ada beberapa upaya pemerintah yang sudah dilakukan demi menjaga kelestarian hutan indonesia yang belum kita ketahui. Salah satunya sudah dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 pemerintah Indonesia telah menargetkan pengurangan luas kebakaran hutan dan lahan serta peningkatan jumlah daerah yang memiliki kemampuan untuk melakukan adaptasi perubahan iklim. Beberapa programnya meliputi 

  • Ketahanan ekonomi: melalui pengelolaan DAS terpadu, pengurangan deforestasi dan degradasi hutan, konservasi lahan, dan pemanfaatan lahan kritis untuk program energi terbarukan;

  • Ketahanan ekosistem dan lanskap: melalui program perhutanan sosial; perlindungan wilayah pesisir, serta konservasi dan restorasi ekosistem.
  • Ketahanan sosial dan penghidupan masyarakat: melalui peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pengelolaan sumber daya alam secara lestari.

Terkait hal ini pemerintah juga memberikan mandat kepada Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) terkait berkontribusi langsung terhadap RPJMN 2020-2024 dengan menjalankan Program Prioritas Nasional. Untuk mencapai target yang terkait langsung dengan pengelolaan dan konservasi sumber daya hutan serta pengelolaan lingkungan hidup.

Adapun Program Prioritas (PP) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dimaksud sebagai berikut:

  • PN 1 – PP 2 Peningkatan kuantitas/ ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
  • PN 2 – PP 6 Peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan investasi di sektor riil, dan industrialisasi
  • PN 2 – PP 1-7 Pengembanan wilayah untuk mengurangi ketimpangan dan menjaminpemerataan
  • PN 3 – PP 6 Pengentasan kemiskinan
  • PN 3 – PP 7 Peningkatan produktivitas dan daya saing
  • PN 6 – PP 1 Peningkatan kualitas lingkungan Hidup
  • PN 6 – PP 2 Peningkatan ketahanan bencana dan iklim
  • PN 6 – PP 3 Pembangunan rendah karbon

Memperingati Hari Hutan

Tekanan terhadap hutan oleh kegiatan ekonomi telah mengakibatkan adanya berbagai gangguan keamanan hutan, terutama dalam bentuk perambahan, pembalakan liar, kebakaran hutan dan lahan, serta perdagangan tumbuhan dan satwa liar secara ilegal.

Dalam mewujudkan kontribusi kita terhadap hutan di Hari Hutan Indonesia yang diperingati setiap tgl 07 Agustus, layaknya kita harus memulai langkah sederhana untuk menjaga kelestarian hutan Indonesia salah satunya dengan cara :

  • Kurangi konsumsi produk menggunakan minyak kelapa sawit yang tak berkelanjutan. Seperti makanan, kosmetik, produk pembersih, dan bahan bakar.
  • Bawa Mug/Botol Minum sendiri. Meskipun banyak kampanye hemat plastik demi meminimalisir penggunaan plastik air minum kemasan, alangkah lebih bijak lagi jika kita memakai perlengkapan yang isa dipakai jangka panjang.
  • Beli produk yang disetujui oleh Forest Stewardship Council (FSC). Misi FSC adalah mempromosikan pengelolaan hutan dunia yang berwawasan lingkungan, dan bermanfaat secara sosial. Biasanya ada beberapa produk makanan yang dilabeli dengan logi ini, logo ini menunjukkan bahwa produk ini memenuhi 10 prinsip dan 57 kriteria, seperti melindungi satwa liar dan meminimalkan penggunaan bahan kimia beracun.
  • Wisata Alam di Hutan. Kita tidak akan pernah tau jika tidak melihat secara langsung. Tidak ada salahnya jika kita bisa memulai berjalan atau mengunjungi htan dengan niat ingin menikmati alam sambil observasi tipis-tipis keadaan hutan sekitar. 

Meneladani Negara Lain

Banyak cara kita sebegai upaya mencintai hutan salah satunya harus bijak mengelolah dan menjaga hutan. Belajar dari negara lain yang hidup dengan hutan meski tak sekaya kita namun mereka lebih bijak dalam hal tata kelolah hutan. Sebut saja seperti Finlandia yang lebih mementingkan hutan sebagai kepemilikan pribadi dengan beberapa skenario untuk keuntungan warga negaranya sendiri. 

Sebagai negara paling ramah di dunia Finlandia membagi hutan menjadi beberapa kepemilikan dengan rincian 53% milik masyarakat, 35% dimiliki negara, dan hanya 7% dikelola perusahaan. Rincian demikian Finlandia berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi warganya dengan total 80% kawasan Finlandia tertutup Hutan.

Upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Finlandia telah dilakukan sejak tahun 1990an. Saat ini, perhatian lebih diberikan pada pengelolaan ekologis hutan komersial dan hutan lindungnya. Alasannya adalah bahwa semakin baik pengelolaan dan pemeliharaan wilayah hutannya, maka kelestarian hayati yang sebagian besar bergantung pada hutan daerah sekitarnya akan semakin mudah untuk dijaga. Hasil yang mereka dapat adalah ditemukan bahwa status spesies hutan telah berkembang dengan cara yang lebih baik seperti spesies yang hidup di ekosistem lain dari tahun 2010 lalu. 

Sama halnya dengan Finlandia, Inggris dan Swedia juga membagi beberapa kawasan hutan menjadi beberapa rinci kepemilikan. Di Inggris 73% hutan Inggris milik masyarakat, yang mencakup kebun-kebun hutan bersejarah, perwalian amal, serta dana investasi.

Di Swedia dengan 57% kawasan hutannya juga membagi utan menjadi lebih banyak kepemilikan. 50% milik masyarakat, 25% milik swasta, 14% milik BUMN, 3% milik pemerintah dan sisanya milik lainnya. 

Melestarikan Hutan Indonesia

Kemajuan Finlandia di bidang pelestarian lingkungan tidak serta merta terjadi karena kebijakan dan peraturan yang baik, namun lebih kepada kesadaran masyarakatnya untuk selalu menjaga kelestarian alamnya. Komitmen bersama seperti inilah yang perlu ditiru oleh masyarakat negara lain agar permasalahan lingkungan dan iklim global dapat segera teratasi.

Ada beberapa upaya yang bisa diambil dalam upaya menjaga kelestarian hutan di Indonesia yang isa kita lakukan salah satunya adalah :

  • Penerapan sistem tebang pilih. Pemerintah harus menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon. Hal ini dapat mengurangi penebangan hutan secara liar dan dalam jumlah besar-besaran
  • Penerapan sistem tebang tanam. Sistem ini dilakukan dengan cara menanam kembali pohon yang telah ditebang agar hutan tetap terjaga keberadaannya.
  • Aksi Nyata. Bisa kita lakukan dengan cara mengkampanyekan manfaat hutan kepada masyarakat di sosial media dan lainnya.
  • Tidak membeli satwa beserta produknya. Hal ini juga berkaitan dengan jual beli satwa liar. Tidak memakai produk dengan bahan utama bagian tubuh atau organ satwa liar maupun dilindungi.
  • Go Green, langkah sederhana yang bisa kita terapkan sehari-hari untuk membantu pelestarian alam. Kita bisa melakukannya mulai dari diri kita sendiri.
  • Mengurangi penggunaan kertas dengan cara daur ulang kertas yang ada atau penghematan kertas
  • Menerapkan pola hidup efektif dan hemat seperti reuse, reduce dan recycle seperti gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan
  • Menerapkan pola hidup minimalis seperti 
  • Reboisasi. Kita dapat menanam kembali hutan-hutan yang sudah dirusak sehingga hutan akan tetap terjaga keberadaannya

Leave a Reply

©2022 Built with Pride and Tea by Mbak Liya